Tak perlu waktu lama bagi pemegang gelar Puteri Indonesia 2013, Whulandary Herman, untuk meyakinkan dirinya bahwa Nik Ibrahim adalah sosok pria yang selama ini ia cari untuk menjadi pendamping hidupnya. Berawal dari niat beberapa sahabat untuk memperkenalkan keduanya, Whulan dan Nik pun memulai jalinan asmara mereka sejak awal tahun 2017 silam. Karena terpisah oleh jarak dan kesibukan yang menyita waktu masing-masing, Nik dan Whulan menjalani tahap pendekatan hanya melalui aplikasi chatting di smartphone mereka. Ketika tiba saatnya untuk bertemu dalam agenda kencan pertama di Kuala Lumpur, rencana makan siang yang sudah dijadwalkan justru berjalan tak sesuai keinginan keduanya. "Saya sadar bahwa paspor saya hilang, tepat di saat Niki menjemput saya untuk makan siang. Saya lantas panik dan menangis, untungnya Niki bersedia mendampingi saya untuk proses pengurusan paspor. Dia juga berhasil menenangkan saya yang sedang gusar," cerita Whulan.
Impresinya akan sosok baik hati dan tulus yang ia dapatkan dari pria kebangsaan Malaysia ini pula yang semakin membuat Whulan jatuh hati dan mengiyakan lamaran yang disampaikan oleh Nik dan keluarga besarnya, hanya beberapa bulan sejak mereka resmi menjadi sepasang kekasih. "Sesuai dengan adat Malaysia, orang tua Niki mendatangi orang tua saya dan menyampaikan niat Niki untuk meminang saya," ujarnya lagi. Setelah menggelar sebuah acara pertunangan di Malaysia, Whulan pun segera memulai proses perencanaan untuk mewujudkan pernikahan impiannya.
"Sebetulnya saya selalu memimpikan akan menikah di atas kapal, dengan didampingi oleh kerabat dan sahabat terdekat saja. Rencana awal kami adalah sebuah pernikahan destinasi bergaya kasual di Pulau Komodo, di mana saya hanya mengenakan gaun putih simpel dan Niki dengan celana pendek khaki," ungkap Whulan yang juga berprofesi sebagai model dan aktris. Namun proses ini pun menyadarkan Whulan dan Nik bahwa mereka juga harus mempertimbangkan impian kedua belah pihak keluarga, bukan hanya memaksakan impian pribadi mereka berdua. Setelah menyambangi Pulau Komodo serta kota Bandung dan Yogyakarta, akhirnya pilihan pun jatuh pada Plataran Borobudur yang berlokasi sekitar 45 km dari pusat kota Yogyakarta. "Kami jatuh cinta dengan suasana tenang dan santai yang terasa begitu kental di berbagai sudut kota. Kami juga yakin para tamu undangan akan merasa nyaman dan menikmati kunjungan mereka di kota ini," jelas Whulan tentang keputusannya untuk memilih Plataran Borobudur sebagai venue pernikahannya.
Untuk konsep hari besarnya, Whulan memilih tema tropical resort wedding. Dengan demikian, area Plataran Borobudur pun dihiasi ragam dedaunan hijau yang dipercantik dengan sentuhan bunga-bunga putih. "Saya lebih menyukai elemen dekoratif berbentuk daun-daun hijau, dibanding bunga," ucapnya. Whulan juga mengusung tradisi Padang, karena ia berdarah Minang, dan juga mengikutsertakan adat Jawa, dan Sunda untuk menonjolkan keragaman budaya khas Indonesia. "Acara ini merupakan fusion berbagai adat, karena saya ingin menunjukkan betapa kayanya tradisi dan kultur tanah air yang kita miliki," tambahnya.
Untuk menggelar sebuah pernikahan destinasi, Whulan pun ingin berbagi pengalaman dengan calon pengantin lainnya. "Make a list. Sebagai orang yang perfeksionis dan terorganisir, sebuah daftar hal-hal yang harus dikerjakan beserta penjadwalan yang teratur menjadi kunci saya dalam merencanakan pernikahan ini," saran Whulan. "Pemilihan vendor yang tepat juga sangat krusial. Lakukan pengenalan terlebih dahulu, jika ada hal yang dirasa tidak cocok, baik dalam segi kepribadian atau cara kerja, dengan satu vendor tertentu, carilah penggantinya segera. Beruntung sahabat saya, Vicky Shu, juga menggelar pernikahan di kota yang sama, jadi saya mendapatkan daftar vendor-vendor lokal yang ia rekomendasikan," jelasnya lagi. Tak lupa Whulan pun membocorkan pelajaran berharga yang ia dapatkan selama proses wedding planning ini, menurutnya jangan berkecil hati atau stres jika ada hal yang berjalan tidak sesuai rencana, karena memang tidak akan ada acara pernikahan yang sempurna. "Just plan the best and let God do the rest," tuturnya.
Photography: REZA PRABOWO PHOTOGRAPHY
Photography: REZA PRABOWO PHOTOGRAPHY
Photography: REZA PRABOWO PHOTOGRAPHY
Photography: REZA PRABOWO PHOTOGRAPHY
Photography: REZA PRABOWO PHOTOGRAPHY
Photography: REZA PRABOWO PHOTOGRAPHY
Photography: REZA PRABOWO PHOTOGRAPHY
Photography: REZA PRABOWO PHOTOGRAPHY
Photography: REZA PRABOWO PHOTOGRAPHY
Photography: REZA PRABOWO PHOTOGRAPHY
Photography: REZA PRABOWO PHOTOGRAPHY
Photography: REZA PRABOWO PHOTOGRAPHY
Photography: REZA PRABOWO PHOTOGRAPHY
Photography: REZA PRABOWO PHOTOGRAPHY
Photography: REZA PRABOWO PHOTOGRAPHY
Photography: REZA PRABOWO PHOTOGRAPHY
Photography: REZA PRABOWO PHOTOGRAPHY
Photography: REZA PRABOWO PHOTOGRAPHY
Photography: REZA PRABOWO PHOTOGRAPHY
Photography: REZA PRABOWO PHOTOGRAPHY
Photography: REZA PRABOWO PHOTOGRAPHY
Photography: REZA PRABOWO PHOTOGRAPHY
Photography: REZA PRABOWO PHOTOGRAPHY
Photography: REZA PRABOWO PHOTOGRAPHY
Photography: REZA PRABOWO PHOTOGRAPHY