Alunan musik dan narasi yang terjalin di dalam sebuah tarian musikal, ternyata mampu menyatukan dua insan dalam harmoni perjalanan kasih yang indah. Sebuah komunitas pemuda di Melbourne tempat Dea dan Rheno pertama kali bertemu untuk berlatih tarian musikal lantas menjadi awal sejarah kisah mereka berlabuh.
Menjalin hubungan pertemanan, ketertarikan mendalam keduanya akan kultur Negeri Sakura ternyata mampu membawa dua sejoli ini untuk masuk ke dalam hubungan yang lebih serius. Hal ini terajut kian nyata, saat Rheno memutuskan untuk melamar Dea tepat di Negara Jepang. Hamparan rerumputan berhadapkan lautan biru kemudian menjadi saksi bisu Dea dan Rheno dalam memulai perjalanan sucinya.
Pasangan yang melangsungkan prosesi holy matrimony dan resepsi di Melbourne, kembali merayakan pernikahannya di Jakarta. Lantaran, banyak dari keluarga Dea dan Rheno yang menetap di sana, konsep makan malam resepsi pun keduanya pilih. Ingin memberikan sajian yang berbeda pada hari spesialnya, pasangan pecinta anime ini kembali menerapkan filosofi khas Jepang bernama Wabi-Sabi sebagai inspirasi utama dekorasi. Sebuah filosofi yang merayakan keindahan hidup yang fana dan tak menentu. Makna itu pun keduanya harmonisasikan dengan keindahan alam yang begitu puitis.
Keinginan mendalam dari Dea dan Rheno lantas diwujudkan begitu apik oleh tim dekorator Tea Rose. Terlihat mulai dari pemilihan palet berwarna hijau, putih, netral dan juga berbagai rona yang lekat dengan aksen kebumian. Tak berhenti di palet dekorasi, berbagai elemen yang tersemat pun hadir melambangkan keelokan natural elemen alam. Sematan permainan dedaunan, akses tetesan air, hingga sorotan cahaya apa adanya tampil bak pemeran utama pada sisi dekorasi.
Teristimewanya, latar perayaan hari bahagia Dea dan Rheno merupakan sebuah rangkaian langsung dari tim Tea Rose. kehadiran Glass House ini dibangun khusus untuk selebrasi hari kedua mempelai. Dalam wawancaranya dengan tim Bridestory, hal ini menjadi hal yang begitu berkesan bagi Dea dan Rheno, sekaligus membawa tantangannya sendiri. Mengingat, pembangunan glass house dilangsungkan hanya dalam waktu 2 minggu. Meski membawa tantangan tersendiri bagi mempelai dan juga tim Tea Rose, tampilan dekorasi yang begitu elok dan tulus ini berhasil mengukir kesan yang begitu mengagumkan. Tak hanya bagi kedua mempelai, namun juga seluruh tamu yang hadir.
Gambaran kesederhanaan yang mengandung makna dalam tak hanya terpancar dari pilihan dekorasi, namun juga busana yang kedua mempelai kenakan. Khusus pada busana tea ceremony, Dea mempercayakan rancangannya pada Dewangga Kebaya. Telah lama terpikat dengan keindahan lacework yang mereka miliki hingga sajian detail rumit yang memukau. Sementara untuk busana resepsi, Studio Vian menjadi pilihan sang mempelai. Jatuh cinta pada fitting pertamanya, Dea secara berbinar menjelaskan ini merupakan gaun yang tepat sesuai dengan impiannya. Dimana, gambaran akan teduh dan magisnya nuansa hutan terlukis nyata saat ia mengenakannya. Untuk Rheno, sebuah kemeja hitam klasik karya Jan Sober berpadu elok dengan sematan brooch dari Gelap Ruang Jiwa membuat tampilannya begitu menawan di hari itu.
Segala persiapan pernikahan yang dilakukan melalui jarak jauh, lengkap dengan berbagai tantangan yang kedua mempelai hadapi, pada akhirnya terbayar begitu manis dengan lancarnya acara yang berjalan. Hal ini terlihat nyata pada raut wajah kedua mempelai, rona ekspresi penuh gelora bahagia terukir indah pada wajah Dea dan Rheno.
