Satu setengah tahun bukanlah waktu yang sebentar bagi Alex dan Hana untuk mempersiapkan pernikahan mereka karena mereka merencanakan tiga acara di tiga kota berbeda. "Masa-masa itu cukup menguras banyak energi," kenang mempelai perempuan. Pemberkatan pernikahan diadakan di Melbourne, Australia, yang dihadiri oleh keluarga inti dan sahabat terdekat. Di minggu berikutnya, mereka terbang ke Bali untuk lanjut merayakan peresmian hubungan mereka bersama para kerabat yang datang dari berbagai belahan dunia. Kemudian, resepsi tradisional Jawa dipilih sebagai penutup dari rangkaian selebrasi Alex dan Hana.
Walaupun minggu-minggu keduanya dipenuhi oleh jadwal bepergian, mereka sudah dibekali dengan perencanaan yang matang, terutama untuk konsep acara di Yogyakarta. "Sedari awal kami menginginkan acara yang kasual di mana semua orang bisa menikmati setiap momennya," aku pasangan ini. "Kami tidak ingin melulu menjadi pusat perhatian, tapi kami berharap para tamu bisa ikut merasakan kebahagiaan yang tengah kami nikmati."
Tema pesta luar ruangan yang mengangkat atmosfer Pasar Senggol, pasar rakyat khas Yogyakarta, dengan latar bangunan Joglo dianggap sangat bisa mewakilkan keinginan kedua mempelai. Selain itu, upacara tradisional Jawa Tengah beserta kelengkapan pakaiannya menjadi hal yang sangat ditunggu-tunggu oleh Hana. "Saya sangat senang melihat semua teman-teman saya, termasuk mereka yang warga asing, bersedia mengenakan busana Jawa," ungkapnya.
Pemilihan Omah Pakem sebagai lokasi resepsi juga bukan tanpa alasan. Hana pernah merayakan ulang tahunnya yang ke-17 di Omah Pakem, dan di saat itulah kedekatannya dengan Alex dimulai. Lalu, lokasi ini juga menjadi saksi upacara pertunangan mereka. Sembilan tahun kemudian setelah perayaan ulang tahun Hana yang ke-17, pernikahannya dengan Alex pun dirayakan di tempat yang sama.
Suguhan pemandangan Gunung Merapi yang ditawarkan Omah Pakem semakin menguatkan alasan di atas. Lokasinya yang terletak di utara Yogyakarta sangat sempurna untuk sebuah acara selebrasi luar ruangan. Kedua mempelai juga memanfaatkan lokasi ini untuk mengadakan upacara siraman di pagi hari. Siraman Alex bertempat di bagian vila privat, sedangkan siraman Hana mengambil sisi pelataran sawah di mana Gunung Merapi menjadi panorama megah yang tak terelakkan.
Ketika sore tiba, tepatnya pukul lima, prosesi panggih pun dimulai. Upacara panggih, yang menjadi bagian terpenting dari adat pernikahan Jawa, mempertemukan Hana dan Alex yang akhirnya telah sah menjadi suami dan istri. Prosesi ini menjadi penutup rangkaian prosesi tradisional pada hari itu dan sekaligus menjadi jembatan menuju kemeriaahan pesta yang kaya akan budaya lokal ini.
Alex dan Hana yang berbalut busana dodot khas adat Jawa beriring-iringan memasuki area resepsi yang telah didekor layaknya sebuah perayaan Sekaten khas Yogyakarta. Berbagai jajanan pasar yang disuguhkan lengkap dengan gerobak dan gubuk tradisional dengan cepat memikat perhatian dan selera para tamu. Kurang lebih 1.000 tamu undangan dipersilahkan menikmati area makan lengkap dengan meja dan kursi komunal, maupun area bersantai a la piknik. Tema tradisional yang diimbangi dengan detail modern memberikan kesan segar dan romantis lewat perpaduan ukiran kayu dan kain batik dengan rangkaian bunga berwarna pastel serta aksesori dekoratif berwarna putih.
Selebrasi semakin terasa spesial dengan kehadiran Sri Sultan ke pernikahan Alex dan Hana. Selain itu, kejutan-kejutan kecil namun bermakna juga memberikan sentuhan momen yang tak terlupakan, seperti ketika kakek Alex dating untuk bernyanyi dan berdansa, maupun ketika teman-teman ber-flash mob yang ternyata diorganisasi oleh ibunda sang pengantin wanita.