Photography: Tala
Photography: Tala
Photography: Tala
Photography: Tala
Photography: Tala
Photography: Tala
Photography: Tala
Photography: Tala
Photography: Tala
Photography: Tala
Walaupun sesungguhnya Diny dan Uta telah berkenalan bertahun-tahun lamanya, mereka tidak pernah berbicara dengan satu dan lainnya. "Kami memiliki teman main yang sama, jadi terkadang kami bertemu," kata Diny. Pada akhirnya, kecintaan mereka pada fotografi mempersatukan mereka. "Suatu hari saya menemukan sebuah kamera di salah satu mobil teman. Sembari saya mengambil foto, saya mendapatkan bahwa kamera tersebut milik Uta," kenangnya.
Beberapa saat kemudian, mereka bertemu lagi di pesta ulang tahun seorang teman. "Kami tidak berbicara sama sekali, tapi saya ingin menanyakan sesuatu tentang kameranya. Jadi, saya meminta nomor teleponnya ke teman saya. Tidak disangka, Uta telah menyatakan ketertarikannya pada saya ke teman saya ini!" kenang Diny. Melihat kesempatan untuk menghubungkan mereka, sang teman segera menambahkan nomor telepon Diny di telepon Uta. "Sejak itu, kami tidak pernah menghabiskan sehari tanpa berbicara satu sama lain," kata Diny.
Pasangan ini ternyata memiliki selera yang sama dalam musik, fashion, dan juga hal-hal lainnya. "Kami berlawanan dalam hal kepribadian, namun perbedaan dan persamaan inilah yang membuat kami bersatu, bahkan kami pernah melalui hubungan jarak jauh sebanyak dua kali," ujar Diny. Keinginan untuk mengubah antusiasme mereka menjadi sumber mata pencaharian, mereka segera mendirikan bisnis fotografi bernama Tala pada Desember 2015.
Dibantu oleh tim Tala, Diny dan Gautama ingin menampilkan kepribadian mereka melalui tiga konsep foto pre-wedding yang berbeda. "Yang pertama adalah foto hitam-putih. Kami bermain-main dengan bayangan untuk membawa keluar karakter dan chemistry kami," jelasnya. Untuk sesi kedua, Diny dan Uta hanya ingin bersenang-senang dengan suasana netral yang teduh. "Yang terakhir, kami terinspirasi oleh Kana, sebuah merek pakaian lokal favorit kami," lanjut Diny.
Melengkapi sesi pemotretan, Diny dan Uta sekali lagi melakukan hal lain yang mereka cintai. "Kami bukan pengendara sepeda professional, tapi kami hobi bersepeda sehingga kami ingin untuk memutarkan bagian tersebut pada hari pernikahan nantinya," jelas Diny, "Adegan akhirnya-pun sangat bermakna bagi kami karena merepresentasikan dukungan yang kami berikan satu sama lain."