Photography: Askara Photography
Pernikahan adat selalu penuh dengan ritual yang sarat makna filosofis di dalamnya, tidak terkecuali pada prosesi pernikahan adat Jawa. Rangkaian ritual pun dilakukan sebelum, pada saat, dan setelah prosesi pernikahan berlangsung. Dan salah satu ritual dalam pernikahan adat Jawa yang mengundang pro dan kontra adalah puasa mutih. Mereka yang kontra, percaya puasa mutih bukanlah bagian dari ajaran keagamaan, sehingga tidak wajib dilakukan. Tapi mereka yang pro melihat puasa mutih tak hanya dilakukan untuk menghormati leluhur serta melestarikan kebudayaan, melainkan wujud permohonan agar setiap prosesi pernikahan bisa dilakukan dalam ketenangan. Lantas, apakah sebenarnya puasa mutih itu?
Puasa mutih adalah ritual kebudayaan yang melekat pada aliran kejawen di tanah jawa. Ritual ini dilakukan dengan tidak makan dan minum selain yang berwarna putih. Artinya mereka yang menjalani puasa mutih hanya diperbolehkan memakan nasi putih, putih telur, dan air putih. Mengapa calon pengantin yang menjalankan proses pernikahan secara adat Jawa disarankan untuk menjalani puasa mutih?
Dikutip dari hasil riset berjudul, Studi Kasus Tentang Tradisi Puasa Mutih Bagi Calon Pengantin dalam Perspektif Hukum Islam, disebutkan tujuan pengantin melakukan ritual puasa mutih sebelum menikah adalah untuk menghormati serta melestarikan budaya leluhur. Plus, ritual ini bertujuan untuk memohon kelancaran pada setiap prosesi pernikahan yang akan digelar. Menariknya, riset tersebut juga menyebutkan kalau pengantin pria dan wanita dianjurkan untuk melakukan puasa mutih sebelum menikah. Tujuannya agar menambah aura calon pengantin saat pernikahan digelar.
Sebenarnya fokus puasa mutih tidak hanya pada aturan makanan dan minuman yang diperbolehkan saja, tapi juga pada waktu pelaksanaan dan cara menjalankannya. Untuk waktu pelaksanaan, idealnya puasa mutih dilakukan tiga hari sebelum hari pernikahan dan dilakukan selama tiga hari berturut-turut. Pengaturan waktu ini dipercaya dapat membuka aura kecantikan pengantin wanita dan aura ketampanan pengantin pria. Adapun puasa mutih dilakukan dari waktu subuh sampai dengan maghrib. Calon pengantin yang menjalani puasa mutih disarankan berbuka cukup dengan nasi putih dengan putih telur yang dilengkapi dengan air putih dan garam. Selama menjalani puasa mutih, calon pengantin juga dianjurkan untuk melakukan sholat hajat sebanyak dua rakaat setiap malamnya. Masih bersumber dari riset yang sama, disebutkan rakaat pertama membaca Al-Fatihah satu kali dengan surat Al-Ikhlas sebanyak 11 kali. Sedangkan pada rakaat kedua membaca Al-Fatihah satu kali dengan surat Al-Insyirah sebanyak 11 kali.
Meski secara pelaksanaan sangat bertalian dengan agama Islam, namun secara nilai-nilai, puasa mutih tidak termasuk dalam puasa sunnah. Artinya, dalam ajaran Islam, puasa mutih tidak ada. Ini mengapa puasa mutih merupakan wujud dari pelaksanaan tradisi kebudayaan secara turun temurun. Jika ingin tetap menjalani puasa mutih, maka sebaiknya dilakukan dengan niat meredam gejolak hawa nafsu serta sebagai bentuk permohonan kepada Sang Khalik agar segala niat baik calon pengantin untuk menikah dapat dilancarkan dan dijauhkan dari hal-hal yang negatif.
Bagaimana perspektif kesehatan menilai ritual puasa mutih sebelum menikah? Ilmu kesehatan, khususnya gizi sangat menekankan kita untuk mengonsumsi makanan gizi seimbang yang terdiri atas protein, karbohidrat, serat, lemak, vitamin dan mineral. Artinya secara nutrisi, puasa mutih tidak memenuhi standar gizi seimbang. Ini tentu akan memengaruhi stamina calon pengantin mendekati hari pernikahan. Karena itu, untuk memastikan kondisi Anda dan pasangan aman serta sehat menjalani puasa mutih, tak ada salahnya untuk berkonsultasi ke dokter. Khususnya bagi Anda calon pengantin yang memiliki riwayat penyakit diabetes atau gangguan kardio, puasa mutih selama tiga hari tentu memengaruhi status kesehatan Anda.