Kerajaan Pahang Malaysia, di akhir bulan Oktober lalu baru saja mengumumkan kabar bahagia, yakni pernikahan dari Yang Amat Mulia Tengku Muhammad Iskandar Ri'ayatuddin Shah dengan sang kekasih hati, Tengku Natasya Puteri Adnan. Pernikahan yang dilaksanakan di Istana Abdul Aziz Pahang, Kuantan, Malaysia ini terdiri dari beberapa rangkaian prosesi. Mulai dari prosesi pengajian, siraman, midodareni hingga masuk ke dalam rangkaian Majlis Akad dan Resepsi. Sontak mencuri perhatian, pernikahan dari Pangeran dan Puteri Malaysia ini ternyata berlanjut sampai ke Indonesia, lebih tepatnya di Yogyakarta.
Tengku Natasya yang memiliki darah keturunan Yogyakarta ini lantas menjadi alasan mengapa Royal Wedding tersebut juga terlaksana di Indonesia. Memiliki latar belakang yang beragam, kedua mempelai ini juga memiliki kisah cinta yang unik. Memakan waktu 6 bulan, sejak pertama kali berkenalan, Yang Amat Mulia Tengku Muhammad Iskandar Ri'ayatuddin Shah atau yang akrab disapa Addin ini secara mantap menjatuhkan pilihannya untuk menikahi Yang Mulia Tengku Natasya Puteri Adnan atau yang akrab disapa Natasya. Meski terbilang singkat, perkenalan ini bukanlah datang dari lingkungan yang jauh dari kata akrab. Justru, keduanya berada di dalam lingkungan yang begitu lekat. Orang tua dari Natasya dan Addin merupakan sahabat akrab jauh sebelum keduanya lahir. Perkenalan ini kian menjadi nyata saat Tengku Hafiz, adik dari Natasya yang juga merupakan sahabat dari Addin memperkenalkan keduanya.
Rangkaian pernikahan yang dilaksanakan di Yogyakarta ini dimulai dari prosesi Panggih. Terlihat, YM Tengku Natasya tampil dalam balutan kebaya khas Jogja yang lekat dengan aksen beludrunya. Hal yang sama juga dikenakan oleh YAM Tengku Muhammad Iskandar Ri'ayatuddin Shah, melalui beskap beludrunya tampil serasi dengan sang mempelai wanita.
Gambaran nuansa elegan terukir elok melalui lekatnya elemen budaya Jawa. Dimulai dari sambutan janur kuning khas Jawa yang mengarah ke arah pendopo. Tak lain, bertujuan untuk merefleksikan keindahan arsitektur Joglo yang menjadi titik utama dari rangkaian acara. Pada Joglo ini dilaksanakan berbagai rangkaian adat Panggih, mulai dari srah-srahan sanggan, lempar-lemparan sirih, dan mencuci kaki.
Prosesi yang berjalan dengan khidmat itu terjalin begitu manis dengan rancangan dekorasi apik karya tim Dage Dream. Keindahan budaya Jawa terukir begitu nyata, terlebih pada area pelaminan. Pemilihan motif dengan perpaduan elemen kontemporer Jogja, berbaur elok dengan sentuhan motif modern. Aksen tradisional Jawa hadir kian lekat dengan penempatan lemari di area pelaminan lengkap dengan ukiran khasnya yang begitu memikat. Tak cukup sampai di sana, harmonisasi drapery ronce melati pun hadir sebagai pelengkap khas pengantin Jawa.
Setiap detail dekorasi pada Upacara Panggih dan Majlis Resepsi ini ternyata mengukir makna yang begitu dalam, termasuk dari pemilihan 3 elemen warna utamanya. Seperti yang disampaikan oleh tim Dage Dream berikut, "kami memilih hanya tiga warna utama yang saling melengkapi dan penuh makna. Pertama, hijau, yang terinspirasi dari warna yang sangat lekat dengan Kraton Jogja, memberikan kesan tenang dan penuh kedamaian. Lalu ada emas, yang melambangkan keanggunan dan kejayaan, memberi sentuhan kemewahan yang elegan. Terakhir, putih, yang membawa makna kesucian dan kemurnian, memberikan nuansa yang bersih dan hangat. Ketiga warna ini dipilih
Tak hanya kemegahan acara yang mencuri perhatian, cerita dibalik persiapannya pun tak kalah menarik. Latar belakang kedua mempelai yang berbeda ini justru menuai cerita uniknya sendiri, hal ini diceritakan langsung oleh tim Dage Dream, "bagaimana kita bisa melihat akulturasi budaya yang terjadi dengan begitu alami. Salah satunya terlihat jelas saat gladi resik, sebelum acara dimulai. Di momen itu, kita bisa menyaksikan orang Melayu belajar tentang kebudayaan Indonesia, khususnya prosesi panggih. Meski dilakukan dengan penuh khidmat dan seksama, suasananya tetap terasa menyenangkan dan harmonis. Sebuah perpaduan yang mengalir dengan indah antara keseriusan dan keceriaan."
Pernikahan yang dilangsungkan antara Natasya dan Addin tak hanya menyatukan dua insan dengan kasihnya yang tulus, namun juga indahnya dua kebudayaan yang terharmonisasi dengan syahdu.