All in God's timing, menjadi penggambaran syahdu dari perjalanan kasih antara Neysa Soediro dengan Didot Raharjo. Bertemu pertama kali di bangku menengah atas pada tahun 2006, romansa highschool sweetheart tidak berlangsung seketika diantara keduanya. Gelora kasih ini pertama tumbuh saat keduanya berkenalan di tahun 2019, at the perfect timing seperti yang disampaikan oleh Neysa, "Mungkin memang benar kata pepatah bukan siapa yang cepat, tapi siapa yang tepat." Keyakinan untuk masuk ke jenjang berikutnya pun kian terbangun atas dasar kemampuan dua pasangan ini untuk memupuk toleransi di dalam hubungan mereka.
Merayakan kebudayaan Indonesia secara lebih dalam, momen ini terlukis jelas sejak proses lamaran berlangsung. Neysa dan Didot dalam hal ini sepakat untuk mengenakan busana warisan dari keluarga terkasih. Dengan begitu spesial, Neysa mengenakan kain songket dari pernikahan kedua orang tuanya pada 35 tahun yang lalu. Sedangkan Didot, memakai kembali batik yang dibuat oleh mendiang neneknya pada 50 tahun yang lalu. "The vibe was like the old English rhyme, something new, something borrowed, something blue." tutur Neysa seraya menggambarkan suasana lamaran yang begitu lekat nuansa Indonesia yang berpadu dengan kasih keluarga.
Uniknya, Neysa memiliki penggambarannya sendiri dalam merayakan hari bahagianya. Menggelar acara Akad dan Wedding Party, tanpa adanya resepsi adalah mimpi Neysa sejak dulu. Alhasil, perayaan akad nikah yang berlangsung secara intimate ini pun berhasil terwujud. Masih dengan kebudayaan Indonesia yang menjadi sorotan utamanya, Neysa memilih akad dengan konsep Classic Solo Javanese with a twist of modern renaissance. Hal ini ia sampaikan secara langsung, "aku mau ketika nanti 50 atau 100 tahun lagi aku lihat our wedding itu tetap classic but we know that the wedding was held in 2023." Dengan latar belakang yang penuh dengan kesenian, mendorong Neysa untuk turun begitu detail terhadap busana pilihannya. Keputusannya pun jatuh pada kebaya berbahan velvet dengan warna emerald green yang tampil begitu serasi pada dirinya. Busana akad dari Neysa dan Didot, nyatanya merupakan bentuk ungkapan kasih dari sahabat keduanya. Lantaran kebaya velvet yang Neysa kenakan merupakan rancangan dari Maison Baaz Couture karya Cacal dan Diaz, sahabat lama dari Neysa sendiri. Tak hanya itu, beskap yang dikenakan Didot juga merupakan rancangan desainer Rama Dauhan Gold, yang tak lain adalah rekan terkasih dari keduanya.
Dilaksanakan pada siang hari, akad nikah yang bertepatan pada tanggal 16 November 2023 ini kemudian secara langsung berlanjut pada acara wedding party yang dilaksanakan pada malam harinya. Pada rangkaian wedding party ini, Neysa secara totalitas menampilkan berbagai detail pernikahan yang telah ia sesuaikan dengan personaliti dirinya. Dimulai dengan wedding dress yang ia kostum pada The Bridal Workshop. Menjatuhkan pilihan pada perpaduan warna deep blue dengan silver, lebih dalam lagi, Neysa turut memasukan berbagai simbol yang menggambarkan kehidupan pribadinya maupun mengenai sang kekasih hati, Didot. Dalam menjelaskan berbagai simbol yang ada pada wedding dress-nya, Neysa menyampaikannya dengan begitu gembira, "my wedding dress sangat personalized mulai dari zodiac aku, zodiac Didot, my chinese zodiac, kucingku, sampai symbol symbol that represent love, hope, blessing, etc. "
Latar belakang yang lekat dengan dunia seni baik pada diri Neysa dan Didot terlihat secara manis saat keduanya merayakan malam istimewa itu. Didot secara spesial memberikan penampilannya dalam bermusik khusus bersama band yang ia dirikan untuk perayaan hari bahagianya bersama Neysa. Tak sampai di sana, momen ini nyatanya sungguh dirayakan oleh setiap kerabat dekat yang hadir di acara wedding party tersebut. Alunan house musik hingga swing jazz dari beberapa DJ ternama ibukota bergaung sepanjang malam mengiringi gelora kebahagiaan setiap hadirin, ini semua merupakan persembahan dari para kerabat dekat yang turut merayakan hari istimewa Neysa dan Didot.
Seperti benar-benar paham dengan personaliti dari Neysa, kesungguhan Neysa dalam merangkai hari istimewanya disambut dengan hangat oleh setiap tamu yang hadir. Terlihat dari mereka yang hadir secara all out. Busana yang dikenakan begitu ekstra guna merayakan hari bahagia sang teman terkasih. Haru bahagia ini dibagikan oleh Neysa pada tim Bridestory dalam kutipannya, "seneng banget everyone put so much effort to it. And my wedding feels like a gala."
Sebagai seorang gallerist, Neysa nampaknya memilih venue pernikahan secara tepat. Tugu Kunstkring Paleis yang berlokasi di area Menteng dengan sejarahnya sebagai galeri pertama di Indonesia, tidak hanya membawa kentalnya aksen budaya pada hari bahagianya. Namun, berbagai interior yang membangun atmosfir penuh keelokan ini berpadu dengan dekorasi apik dari tim Kembang Setaman Dekor. Perpaduan ini menghasilkan tampilan dengan rona deep rose dan gold yang begitu menawan, lengkap dengan rerimbunan bunga mawar yang memenuhi latar pernikahan keduanya.
Tak ingin setiap momen terlewat begitu saja, dalam hal mengabadikan momen, Neysa dan Didot menjatuhkan pilihan mereka pada tim Terralogical. Dipercaya mampu menangkap momen secara candid dengan sentuhan estetika yang tak diragukan lagi. Begitu pula dengan berbagai suguhan sudut pandang yang sangat beragam. Keindahan momen tersebut dalam dilihat melalui album pernikahan Neysa dan Didot berikut ini.