Talitha dan Adit menemui kecocokan dalam musik. Mereka telah bekerja di kantor yang sama untuk waktu yang cukup lama tetapi tidak pernah menyadari kehadiran satu sama lain, sampai ketika musik menyatukan mereka. "Ketika saya pertama kali melihat Talitha di kantor, saya pikir dia adalah gadis yang pemalu dan pendiam. Kepalanya selalu menunduk ke bawah, jadi sulit melihat wajahnya," kenang Adit. Suatu hari, ia pergi ke konser dengan beberapa teman dari tempat kerjanya, dan salah seorang temannya mengatakan kepadanya bahwa Talitha sangat menyukai musik yang sama.
Karena penasaran, Adit mencari Talitha melalui Instagram dan menyapanya melalui DM. Mereka akhirnya memiliki percakapan terus menerus dengan satu sama lain dan menjalin hubungan dua minggu setelahnya. Keduanya selalu jujur tentang menjalani hubungan yang serius sejak awal, sehingga pembicaraan tentang pernikahan selalu beredar di perbincangan mereka. "Sekitar 9 bulan setelah kami berpacaran, kami memutuskan untuk menikah pada tahun 2019," kata Talitha.
Talitha merupakan penggemar dari bunga-bunga kering berwarna coklat, jadi ia memprioritaskan untuk memiliki bunga kering sebagai bagian besar dari dekorasi pernikahannya. Sang pengantin perempuan kemudian menyelaraskan rona pernikahannya sesuai dengan bunga tersebut. Dekorasi keseluruhan adalah warna putih dan nude, juga beige dan putih tulang. Palet warna ini tidak hanya cocok dengan bunga-bunga kering tetapi juga dengan interior kayu di Plataran Dharmawangsa.
"Awalnya, kami tidak ingin memiliki upacara pernikahan, cukup sertifikat pernikahan saja karena kami tidak ingin rumit. Tetapi orang tua saya menginginkan upacara, jadi saya menyetujuinya, tetapi saya tetap ingin acaranya sesederhana dan seintim mungkin," jelas Talitha. Secara total, pasangan ini mengundang 200 tamu ke acara pernikahan. Talitha merasa bahwa lebih baik mengadakan pernikahannya di area semi-outdoor daripada ruang dansa sehingga suasananya lebih akrab. Mereka menginginkan ruang terbuka bagi para tamu untuk berbaur di luar, namun tetap ada area tertutup agar dapat memberikan keteduhan dari matahari. Plataran Dharmawangsa menjadi tempat yang sempurna karena telah lama menjadi favorit bagi Talitha dan orang tuanya.
Vendor yang paling berkesan bagi Talitha adalah desainer busana pernikahannya, SukkhaCitta, serta Distillery yang merancang undangannya. Talitha memang sering memuja desain kain dan gaun pengantin SukkhaCitta. Selain dari fakta bahwa kain SukkhaCitta diproduksi secara etis, gaya desainnya juga cocok dengan tema pernikahannya yang intim dan simpel. Talitha tampak anggun dalam gaun pengantin bergaya hijab modern yang melapiskan renda putih di atas kain berwarna krem beige. "Berbicara tentang sustainability, undangan memakai kertas daur ulang yang disebut misu paper. Distillery benar-benar mengerahkan seluruh tenaga dalam mendesain undangan kami, mereka menerima semua saran kami dengan baik dan menjadikan segala aspek undangan kami sempurna," seru Talitha.