Photography: Jacky Suharto Photography & Videography
Photography: Jacky Suharto Photography & Videography
Photography: Jacky Suharto Photography & Videography
Photography: Jacky Suharto Photography & Videography
Photography: Jacky Suharto Photography & Videography
Photography: Jacky Suharto Photography & Videography
Photography: Jacky Suharto Photography & Videography
Photography: Jacky Suharto Photography & Videography
Photography: Jacky Suharto Photography & Videography
Photography: Jacky Suharto Photography & Videography
Photography: Jacky Suharto Photography & Videography
Photography: Jacky Suharto Photography & Videography
Photography: Jacky Suharto Photography & Videography
Photography: Jacky Suharto Photography & Videography
Photography: Jacky Suharto Photography & Videography
Photography: Jacky Suharto Photography & Videography
Photography: Jacky Suharto Photography & Videography
Photography: Jacky Suharto Photography & Videography
Photography: Jacky Suharto Photography & Videography
Photography: Jacky Suharto Photography & Videography
Photography: Jacky Suharto Photography & Videography
Photography: Jacky Suharto Photography & Videography
Photography: Jacky Suharto Photography & Videography
Photography: Jacky Suharto Photography & Videography
Photography: Jacky Suharto Photography & Videography
Pertemuan pertama Sara dan Niki terjadi berkat bantuan seorang teman. "Kami pergi makan siang bersama di sebuah restoran Jepang di Jakarta. Tanpa sepengetahuan saya, ternyata Niki sudah sering melihat akun Instagram saya selama dua bulan," kenang Sara. Setelah perkenalan tersebut, hubungan mereka pun berjalan begitu saja. "Kencan pertama kami dilakukan di tempat golf, dan sejak saat itu golf pun menjadi aktivitas favorit kami sampai sekarang," tambahnya.
Niki melamar Sara secara santai di rumah. "Sisi romantis kami muncul ketika bertamasya keliling dunia. Hal-hal lainnya selalu dilakukan dengan santai," Sara menjelaskan. Setelah lamaran tersebut, pasangan ini memiliki lima bulan untuk mempersiapkan pernikahan. Untungnya, keduanya sudah tahu jelas apa yang mereka inginkan. "Saya sekolah di London dan Niki tumbuh besar di Amerika Serikat, jadi kami selalu menginginkan acara yang modern. Di waktu yang bersamaan, kami tidak ingin menghilangkan budaya keluarga kami. Jadi, kami memutuskan untuk mengadakan pernikahan kontemporer dengan sentuhan adat," tutur Sara.
Berbekal perencanaan ekstensif selama tiga bulan, Sara dan Niki berhasil mewujudkan perayaan yang indah di hotel The Dharmawangsa Jakarta. Pada saat upacara pernikahan, keduanya mengenakan kain ulos sebagai cerminan daerah asal ibunda Niki. "Sementara untuk resepsi, kami mengenakan busana adat Minang dan prosesi masuk kami ke ballroom juga diiringi Tari Piring," ungkap Sara.
Saat melalui setiap prosesi, Sara mengenakan tiga jenis pakaian yang masing-masing tampak begitu cantik. "Setiap busana memiliki nuansa yang berbeda—kebaya Indonesia modern rancangan Edna Wolter, busana tradisional Minang dari Des Iskandar, dan gaun putih oleh Anaz!" Sebagaimana pernikahan mereka yang layak dikenang sepanjang masa, acara after-party yang diadakan setelahnya juga menyimpan arti spesial bagi Sara dan Niki.
Sara pun berujar, "Para bridesmaids membacakan pidato yang begitu mengharukan dan mengejutkan kami dengan hadiah yang manis. Kami juga merasa sangat bahagia dapat berjumpa dengan teman-teman dekat dari luar negeri serta para sahabat masa kecil yang sudah lama tidak kami temui."