Kartika Ayu Prawitasari dan Bayu Airlangga merupakan teman saat sekolah dasar, tapi mereka lebih saling mengenal satu sama lain saat keduanya studi di Melbourne bertahun-tahun setelahnya. Singkat cerita, perkenalan sederhana membuat mereka menjalin hubungan dan tahun lalu, pasangan berbahagia ini pun bertunangan. "Waktu itu terjadi tepat setelah ulang tahun Bayu, sekitar bulan Agustus tahun 2015. Secara sederhana, Bayu mengunjungi orangtua saya untuk meminta izin pada mereka," jelas Kartika. Mereka memutuskan untuk menikah pada Maret 2016, dengan waktu kurang dari satu tahun untuk persiapan.
Setiap elemen pada pernikahan diurus oleh ibunda Kartika. "Ibu saya merupakan sang penyelamat, dia sangat perfeksionis dan detail dalam melakukan segala hal," ujar Kartika. Sangat beruntung bagi Kartika memiliki ibu yang sangat mencintainya. Sang ibu turun langsung untuk mengurus segala kebutuhan Kartika; seperti mewujudkan upacara pisau, menyediakan aksesori tradisional Jawa, hiasan kepala, hingga alas kaki. Tidak hanya itu, beliau juga mengecek ulang setiap hal yang dibutuhkan, mulai dari dekorasi, pencahayaan, undangan, katering, dan venue! Bahkan busana tradisional untuk 100 anggota keluarga juga diatur oleh sang ibu.
Busana tradisional tampak lebih istimewa karena dibuat untuk menghormati budaya kedua keluarga. Keluarga Kartika tampil dalam balutan busana Jawa, sementara keluarga Bayu hadir dengan busana tradisional Bali. Agar keduanya terlihat selaras mereka menggunakan warna yang senada.
Hari pertama dimulai dengan upacara siraman, sebuah ritual simbolis untuk membersihkan diri kedua pasangan, dilanjutkan dengan pecah kendi yang melambangkan kesiapan calon pengantin untuk melangsungkan pernikahan. Prosesi pagi ini ditutup dengan acara pemotongan nasi tumpeng yang identik dengan perayaan. Acara midodareni pun turut diadakan, sebagai simbol bagi keduanya untuk memantapkan keinginan untuk menikah, yang dilaksanakan pada malam harinya.
Esok harinya diawali dengan upacara akad nikah di kediaman Kartika, dilanjutkann dengan upacara panggih dan ritual injak telur. Mengakhiri upacara pagi hari tersebut, Kartika dan Bayu duduk di atas pangkuan ayah Kartika, hingga dicari siapa diantara mereka yang paling berat. Menurut sang Ayah sendiri, berat keduanya terbilang seimbang, yang berarti sang ayah memiliki rasa cinta yang sama pada keduanya.
Untuk resepsi malam hari, Kartika tampil dalam balutan busana yang terinspirasi dari pernikahan orangtuanya 37 tahun lalu. Busana pernikahan tradisional Jawa Kartika dan Bayu menggunakan material beludru, serta cincin pernikahan yang digunakan pun menyerupai cincin milik orangtua Kartika dulu. Untuk membuat semunya terlihat memukau, taman kupu-kupu yang memikat dipilih sebagai tema utama, mulai dari dekorasi hingga aksen pada kebaya yang dikenakan Kartika.
Terima kasih pada fotografer berbakat Diera Bachir, Hendy Wicaksono dan Aswin Satrio, Anda pun dapat turut menyaksikan indahnya perayaan pernikahan Kartika dan Bayu dengan melihat kumpulan foto di bawah ini.
