Untaian doa seolah menjadi prolog kisah bagi Aubry dan Rendika untuk saling menautkan ikatan jiwa. "Berawal dari bulan Ramadan tahun 2020 lalu, kami masih belum saling mengenal, tapi memiliki pengharapan yang sama. Melalui ibadah Salat Tahajud, kami sama-sama melangitkan pinta untuk dipertemukan dengan jodoh yang terbaik. Dan siapa sangka, di bulan Juni 2020, untaian doa tersebut mempertemukan kami," ujar Aubry. Kisah romansa keduanya pun dimulai, hingga beberapa bulan setelahnya, Rendi mengajukan lamaran. Dengan bantuan beberapa sahabat Aubry, di sebuah restoran di Jakarta Selatan, Rendi mengajukan sebuah lamaran yang manis nan magis, yang berhasil melabuhkan impian Aubry. "Prosesnya memang terbilang cepat, namun kami sudah merasa yakin satu sama lain. Bisa dibilang, kami juga memiliki banyak kesamaan. Hanya ada satu perbedaan, Rendi itu Aubry versi kalem dan lebih sabar," ungkap Aubry lebih lanjut. Meski demikian, perbedaan itu tidak menjadi perkara yang berarti, malah justru penguat ikatan, hingga pada akhirnya membawa keyakinan bagi Aubry untuk menerima lamaran Rendi pada 2 Januari 2021 lalu.
Kurang lebih tujuh bulan, waktu yang diperlukan Aubry dan Rendi untuk mempersiapkan segalanya. Tidak sulit bagi keduanya dalam menentukan konsep pernikahan impian. "Sejak awal, kami sudah langsung membayangkan akan menikah dengan adat Jawa Jogja! Saya dengan paes, dan Rendi mengenakan surjan," tutur Aubry yang menggelar pernikahan pada tanggal 8 Agustus 2021 lalu di The Dharmawangsa Jakarta.
Meski tamu undangan hanya berjumlah 20 orang, namun bukan berarti tak ada tantangan yang timbul. Situasi pandemi Covid-19 yang tak kunjung berujung, serta aturan pembatasan dari pemerintah yang kerap berubah pada beberapa bulan belakangan, membuat Aubry dan Rendi harus terus mengubah susunan acara, menyesuaikan dengan kondisi yang ada. "Kurang dari sebulan sebelum hari H, kami masih harus mengubah rundown. Mulai dari ruangan yang tadinya di ballroom, mendadak harus diganti ke Presidential Suite. Yang kemudian memengaruhi konsep dekorasi dan seating arrangement. Dan kami pun terpaksa harus meniadakan penampilan gamelan, dikarenakan kapasitas tamu dan vendor yang dibatasi," ujar Aubry.
Walau demikian, saat diminta untuk merangkum pernikahannya, Aubry pun menjawab, " Despite all the limitations & restrictions, my wedding day is absolutely beautiful, warm, and intimate." Bagi Aubry dan Rendi, kehadiran kerabat serta sahabat terdekat dianggap sudah bisa menyajikan makna selebrasi yang mendalam, sekaligus memberikan euforia perayaan yang lebih istimewa. Dan, terlepas dari segala tantangan di setiap proses persiapan pernikahan, pada akhirnya, romansa cinta dari setiap pasangan yang akan menjadi jiwa dari sebuah perayaan.