Photography: Mindfolks Wedding
Jika bicara tentang pernikahan adat Betawi, hal yang pertama kali terlintas di kepala adalah 'ritual palang pintu'. Ritual ini dilakukan dengan mempertemukan jawara dari tuan raje mude (pengantin laki-laki) dengan jawara dari none mantu (pengantin perempuan). Tujuannya adalah untuk menguji seberapa tangkas tuan raje mude bisa melindungi dan menjadi pemimpin agama bagi rumah tangganya.
Makna di balik ritual palang pintu dalam pernikahan adat Betawi.
Foto oleh Aspherica Photography.
Uniknya lagi, sebelum melakukan uji ketangkasan, kedua jawara akan berbalas pantun yang merupakan cara bertutur orang Betawi yang sopan serta menghormati sesama. Adapun isi dari pantun yang disampaikan adalah nasihat untuk kedua mempelai mengutamakan kepentingan rumah tangganya. Baru setelah itu ditutup dengan doa yang kemudian dilanjutkan dengan ijab kabul. "Ritual ini memiliki pesan bahwa pernikahan adalah ritual yang terjadi sekali seumur hidup," jelas Diah Rachamawati.
Project Manager dari Tiara Josodirdjo & Associates, Wedding planner dan Event Management ini lalu bercerita, selain palang pintu, ritual lain yang juga penting dari serangkaian pernikahan adat Betawi adalah di puade. Jadi setelah ijab kabul, pengantin laki-laki akan membuka cadar wanita dan duduk bersanding di puade atau pelaminan. "Ritual ini diiringi dengan tarian kembang dan lantunan doa dari kedua belah pihak keluarga mempelai."
Dari dua ritual inti dalam prosesi pernikahan adat Betawi ini, terlihat sekali betapa menjaga pernikahan tidak cukup dengan memiliki ketangkasan untuk melindungi rumah tangga yang dibangun, tapi juga diperlukan kesopanan dalam berinteraksi serta tentunya mengandalkan doa sebagai perekat hubungan rumah tangga. Lantas, apa sajakah prosesi pernikahan adat Betawi?
Inilah 10 tahapan pernikahan adat Betawi.
- Ngedelengin
Ini adalah masa perkenalan antara kedua keluarga mempelai. Jika kedua keluarga merasa cocok, maka disebutkan Diah, akan ditunjuk dua perwakilan dari keluarga mempelai laki-laki sebagai mak comblang. "Biasanya, encang (paman) dan encing (bibi) yang kemudian akan menggantungkan ikan bandeng di depan rumah mempelai perempuan sebagai tanda bahwa anak gadis di rumah ini sudah ada yang menyukai." Mak comblang ini juga yang bertugas sebagai juru bicara untuk membicarakan kapan serta apa saja yang harus dibawa saat lamaran. - Ngelamar
Di prosesi inilah pihak keluarga mempelai laki-laki secara resmi meminta kepada keluarga mempelai perempuan untuk menikahi calon mempelai perempuan. Biasanya keluarga akan membawa seserahan pernikahan. "Biasanya seserahan yang dibawa adalah sirih embun yang dilipat dan berisi rempah-rempah, bunga tujuh rupa, tempakau, pisang raja dua sisir, roti tawar dan sejumlah uang lamaran. - Bawa Tande Putus
Acara ini hampir sama dengan pertunangan," jelas Diah. Adapun tande putus biasanya adalah berupa cincin rotan, beraneka macam kue dan uang pesalin. Pada prosesi inilah dibicarakan tentang tanggal pernikahan, mas kawin atau cingkrem, uang belanja, makanan kesukaan (kekudang) calon mempelai perempuan, serta segala sesuatu yang berkaitan dengan prosesi pernikahan. - Masa Dipiare
Idealnya pernikahan adat Betawi menyertakan pingitan atau masa di mana calon mempelai perempuan tidak diperbolehkan keluar rumah. Biasanya calon mempelai perempuan akan menjalani serangkaian perawatan fisik yang menunjang kesehatan serta kecantikan. Sehingga ketika di hari pernikahan, tampilan calon mempelai perempuan akan terlihat sehat dan bahagia. - Siraman
Foto oleh Kanaya Wedding Planner.
Adapun tujuan dari prosesi ini adalah mengharumkan tubuh serta mengurangi keringat calon mempelai perempuan di hari pernikahan. Dilakukan juga pada prosesi ini adalah ngerik dan potong centung. "Ini memberishkan bulu-bulu calon mempelai perempuan di sekitar kenin, pelipis, tengkuk dan leher." Setelah itu, sambung Diah, dibuatlah potongan centung pada rambut di kedua sisi pipi dengan menggunakan uang logam untuk menjepitnya. "Sehingga dengan demikian pengantin akan mendapatkan keberkehan dan keselamatan." Demikian Diah menjelaskan. - Ngerudat
Foto oleh Kimi and Smith Pictures.
Ini adalah "pembukaan" dari prosesi puncak. Mempelai laki-laki bersama rombongannya mendatangi rumah mempelai perempuan. Adapun yang dibawa adalah sirih nanas hiasan, sirih nanas lamaran, mas kawin, sepasang roti buaya, kue pengantin, buah-buahan serta kekudang. - Palang Pintu
Foto oleh Aspherica Photography
Seperti sudah di jelaskan di atas, setelah jawara pengantin laki-laki berhasil menaklukkan jawara pengantin perempuan, maka dilakukanlah uji ketangkasan pengantin laki-laki yang kemudian ditutup dengan ijab kabul. - Puade
Adalah proses akad nikah yang ditandai dengan pengantin laki-laki membuka cadar pengantin perempuannya setelah dinyatakan sah sebagai suami-isteri. - Malam Negor
Setelah akad nikah, kedua mempelai tidak langsung tinggal ke rumah melainkan diperbolehkan menginap di rumah keluarga mempelai perempuan. - Pulang Tige Are
Setelah tiga hari tinggal di rumah mempelai perempuan, tibalah giliran keluarga mempelai laki-laki menjemput keduanya. Kedatangan ini juga tidak boleh hampa tangan, melainkan harus membawa makanan. Ini adalah ungkapan rasa syukur dari kedua belah pihak keluarga atas disahkannya pernikahan pasangan. Barulah pengantin laki-laki dan perempuan kemudian tinggal bersama di rumah mereka berdua.
Paduan etnik Tionghoa, Arab, dan India dalam busana pengantin Betawi.
Indahnya busana pengantin Betawi adalah bukti akulturasi budaya begitu sempurna menghasilkan keindahan. Pengaruh budaya Tionghoa pada busana pengantin Betawi terlihat dari penggunaan kebaya encim untuk pengantin perempuan.
Foto oleh Mindfolks Wedding.
Adapun pengaruh budaya Arab terlihat pada siangko cadar yang menutup muka pengantin perempuan. "Siangko adalah mahkota yang dilengkapi dengan cadar dan disisipkan dua pasangan burung hong di sisi kiri dan kanannya." Cadar adalah perlambang kesucian pengantin perempuan, sedangkan burung hong adalah tusuk konde panjang yang ditancapkan di sanggul. Adapun jumlah dari burung hong 2 pasang melambangkan 4 khalifah sahabat Nabi Muhammad SAW. Ini menandakan, selain kesopanan dan ketangkasan, prosesi pernikahan adat Betawi juga sangat kental dengan ajaran-ajaran agama, terutama agama Islam.