Dinamika kehidupan masa kini yang berjalan begitu cepat dalam derasnya arus berita, memiliki andil besar pada fenomena tergerusnya energi mental manusia. Perasaan hampa, hingga terputusnya koneksi dengan diri sendiri menjadi kondisi yang tak mungkin lagi terelakkan. Namun, siapa sangka? Peristiwa tersebut justru menjadi sumber inspirasi bagi Sapto Djojokartiko dalam merancang koleksi terbarunya, SAPTO DJOJOKARTIKO Spring/Summer 2024. Upaya Sapto Djojokartiko dalam mencari ketenangan dan pencerahan di era ini lah yang menjadi awal perjalanan karya tersebut lahir dari tangan pengrajin kenamaan tersebut.
Segala usaha dituangkannya secara maksimal melalui pagelaran busana yang baru saja Ia selenggarakan di area Taman Air Mancur Plaza Senayan, Jakarta Selatan. Mendukung inspirasi yang telah lama diembannya, lokasi yang didesain menyerupai kuil arkais lengkap dengan ruang pemandian tempat mensucikan diri ini dibangun guna memberikan para hadirin ruang untuk menjernihkan pikiran, merenung dan bersantai, hingga menyelaraskan harmoni di dalam diri.
Sambutan yang penuh ketenangan dari lokasi diselenggarakannya pagelaran, kian bertumbuh secara dalam saat satu demi satu karya dari Sapto Djojokartiko diluncurkan. Koleksi SAPTO DJOJOKARTIKO Spring/Summer 2024 ini menampilkan dengan total 60 busana laki-laki dan perempuan. Pancaran rona terang dari setiap koleksi yang mengusung garis rancangan minimalis ini kian elok dengan penekanan pada siluet yang sederhana.
Pemilihan rona koleksi yang berotasi pada warna bumi seperti oyster dan truffle membaur dengan warna turunan biru yang lebih dalam. Permainan warna tersebut yang kemudian berpadu secara manis dengan romantiasasi simple garis potongan geometris, repetitif, dan variasi intiraksi detail, layaknya deretan karya khas Sapto Djojokartiko. Sejalan dengan inspirasinya, desainer kenamaan tanah air ini menyajikan permainan gelap terang yang diartikan dalam transparansi material tembus pandang yang kemudian diharmonisasikan dengan lapisan bahan geometri solid. Garis-garis geometris yang terilhami dari ulir pasir dan kerikil taman kering Jepang tercipta sebagai ruang refleksi diri dan koneksi batin pada filosofi Zen.
Gabungan ragam material ringan seperti organza, tule, dan ruleks berpadu dengan variasi material solid seperti satin, bludru dan kulit imitasi ini kemudian terjalin dalam draperi, potongan-potongan asimetris dan tampil bersusun. Menjadikan cerminan kesederhanaan yang kian indah dengan penyematan detail tambal sulam dan teknik bordir payet, lantas memberikan dimensi istimewa pada setiap busana. Teristimewa dalam koleksinya kali ini, Sapto juga memberdayakan kembali motif-motif bordir klasik SAPTO DJOJOKARTIKO yang kemudian disalin ke dalam variasi rumpang rimpang. Menjadi sebuah tampilan yang
Melalui peragaan busana atas koleksinya kali ini, Sapto Djojokartiko berupaya untuk membawa para penikmatnya kembali ke dalam dirinya, untuk berhenti sejenak, menarik nafas secara dalam dan menaruh fokus kehidupan pada momen yang sedang terjadi. Guna menghadapi perasaan hampa dan rumit dari derasnya arus kehidupan.