Blog / Pre-Weddings / Pemotretan Pre-Wedding Tradisional Bali Ala Tahun 1930

Pemotretan Pre-Wedding Tradisional Bali Ala Tahun 1930

Warna:


Tambahkan ke Board
pemotretan-pre-wedding-tradisional-bali-ala-tahun-1930-1

Photography: GAMA PHOTO

Tambahkan ke Board
pemotretan-pre-wedding-tradisional-bali-ala-tahun-1930-undefined

Photography: GAMA PHOTO

Tambahkan ke Board
pemotretan-pre-wedding-tradisional-bali-ala-tahun-1930-undefined

Photography: GAMA PHOTO

Tambahkan ke Board
pemotretan-pre-wedding-tradisional-bali-ala-tahun-1930-undefined

Photography: GAMA PHOTO

Tambahkan ke Board
pemotretan-pre-wedding-tradisional-bali-ala-tahun-1930-undefined

Photography: GAMA PHOTO

Tambahkan ke Board
pemotretan-pre-wedding-tradisional-bali-ala-tahun-1930-undefined

Photography: GAMA PHOTO

Tambahkan ke Board
pemotretan-pre-wedding-tradisional-bali-ala-tahun-1930-undefined

Photography: GAMA PHOTO

Tambahkan ke Board
pemotretan-pre-wedding-tradisional-bali-ala-tahun-1930-undefined

Photography: GAMA PHOTO

Tambahkan ke Board
pemotretan-pre-wedding-tradisional-bali-ala-tahun-1930-undefined

Photography: GAMA PHOTO

Tambahkan ke Board
pemotretan-pre-wedding-tradisional-bali-ala-tahun-1930-undefined

Photography: GAMA PHOTO

Tambahkan ke Board
pemotretan-pre-wedding-tradisional-bali-ala-tahun-1930-undefined

Photography: GAMA PHOTO

Tutde dan Sally pertama kali diperkenalkan oleh seorang teman tujuh tahun yang lalu. Sally mengunjungi restoran milik Tutde, namun mengaku tidak memerhatikan Tutde sedikitpun. "Kami berhubungan kembali pada bulan Juni. Ia mengirimkan pesan melalui Instagram dan percakapan pun mengalir. Dua bulan setelahnya kami bertemu dan ia melamar saya dua minggu kemudian," Sally mengenang. "Saya tertarik dengan semangatnya sejak awal. Ia telah secara konsisten menunjukkan keseriusan dan komitmennya. Saya jatuh cinta pada pesona dan pemikirannya," Sally menambahkan.

Pemotretan pre-wedding mereka merupakan sebuah rekonstruksi era 1930 di Bali. "Kami ingin terhubung dengan budaya dan sangat yakin bahwa ide ini dapat menunjukkan keunikan kami berdua sebagai pasangan. Era ini menangkap imajinasi, visi, serta gagasan kami dengan sempurna!" ujar Sally. Mereka menamai proyek ini 'Mekenyem Sube Bias' yang berarti "tersenyum itu biasa". Karena tersenyum bukanlah ekspresi standar pada foto-foto zaman dahulu, semua foto Tutde dan Sally memiliki ekspresi yang datar. "Mampu menghidupkan kembali era itu sangatlah menyenangkan bagi saya. Sungguh menakjubkan melihat bagaimana pemotretan ini berjalan dengan sebuah perspektif yang baru dan segar," Sally menambahkan.

Gung Ama, fotografer yang mengkhususkan diri pada foto antik, menyiapkan pakaian, properti, dan perias wajah hanya dalam waktu dua minggu. Pemotretan dilakukan di tiga lokasi yang berbeda yang dengan jelas menangkap esensi Bali dengan candi-candi serta struktur bata yang berhiaskan emas. Ditambah lagi, nuansa vintage yang kental tampak pada hasil foto akhir. " Biasanya pemotretan semacam ini sangat melelahkan. Namun Gung Ama sangat luar biasa karena dapat membuat kami merasa nyaman serta membuat sesi ini begitu menyenangkan. Kami menyukai seluruh pengalaman ini, dan nuansa unik yang telah tertangkap dalam foto-foto ini sangatlah berarti bagi kami," Sally berujar.

Bagaimana pendapat Anda tentang pemotretan ini? Ceritakan pada kami di kolom komentar di bawah dan jangan lupa untuk menambahkan foto-foto favorit Anda ke inspiration board!

Vendor yang mungkin anda suka

Instagram Bridestory

Ikuti akun Instagram @thebridestory untuk beragam inspirasi pernikahan

Kunjungi Sekarang
Kunjungi Sekarang