Pasangan Raras dan Aryo konsisten menginginkan suasana Jawa yang kental untuk rangkaian acara pernikahan mereka. Tidak heran jika mereka sepakat memilih Plataran Cilandak yang dilengkapi dengan Rumah Joglo sebagai lokasi mereka mengikat janji sehidup semati. Venue yang dilengkapi dengan kolam dan area hijau yang asri menambah keintiman prosesi akad nikah hingga ritual panggih. Atmosfer yang sangat kultural ini juga didukung oleh detil-detil kecil yang senada, seperti kotan cicin dan kotak mahar yang bergaya kekayuan rustic.
Memilih nada putih, Raras dan Aryo bertotalitas dengan busana tradisional ketika menjalani akad nikah di sore hari. Kebaya kutu baru dengan stagen merah membalut tubuh Raras yang bersanggul dan berpaes Jawa, sedangkan Aryo menambahkan dasi kupu-kupu hitam pada beskapnya sehingga menambah kesan unik.
Walaupun malam resepsi disambut dengan guyuran hujan, cuaca tidak menghentikan antusiasme para tamu. "Kami sangat senang melihat banyaknya tamu yang datang dan memberi selamat walaupun hujan turun deras begitu akad nikah selesai," ungkap pengantin perempuan. Cuaca akhirnya memihak Raras dan Aryo, hujan berhenti tepat pukul 19.30 ketika acara resepsi resmi dibuka. Diiringi gerimis, kedua mempelai memasuki area resepsi dengan kebaya dan beskap berpalet beige buatan Renzi Lazuardi.
Berbeda dari akad nikah, kedua pengantin sepakat menambahkan kesan modern. Penampilan mereka pun terlihat eklektik. Berkebaya panjang, Raras mengaplikasikan sanggul yang lebih simpel. Masih berbeskap, Aryo memilih untuk memadupadankan penampilannya dengan celana batik.
Tidak hanya busana yang dikenakan, dekorasi Jawa yang diterapkan juga diaplikasikan dengan eklektik. Budi Nugroho dari Vintage Art Design mengakui jika Raras dan Aryo sangat mengapresiasi keindahan budaya Jawa, namun ingin dibalut dengan elemen modern. "Pernikahan Jawa identik dengan dekorasi gebyok, namun mereka ingin dicarikan elemen Jawa selain gebyok sehingga lebih terasa unik," cerita Budi yang akhirnya mengangkat janur kuning sebagai dominasi dekorasi.
Aryo dan Raras sengaja tidak menetapkan satu spot khusus untuk pelaminan sehingga mereka bisa dengan bebas menyapa para tamu. Hal ini pun dimanfaatkan dengan baik oleh Budi untuk mempersiapkan beberapa titik dekoratif yang bisa dimanfaatkan sebagai tempat berfoto. Jalinan janur kuning dengan inspirasi bentuk puncak umbul-umbul yang membentang merupakan salah satu dekorasi pencuri perhatian pada malam hari itu. Ada juga backdrop kain lurik berhiaskan janur yang dibentuk motif gunungan wayang. Selain itu, rangkaian anyaman bambu yang berbentuk bulat dan disematkan lampu strip LED menjadi cahaya latar yang romantis untuk spot berdansa kedua mempelai. Uniknya, anyaman bambu ini sebenarnya adalah nampan tradisional yang biasa digunakan sebagai saringan kebutuhan dapur oleh masyarakat desa zaman dahulu. Untuk membuat anyaman berdiamter 80cm hingga 1.5m ini, Budi bekerja sama dengan pengrajin dari Sukabumi. Semua dekorasi spesial ini membuktikan jika kerajinan lokal sehari-hari, seperti janur, sangatlah berpontensi untuk memeriahkan dan menyegarkan dekorasi pesta pernikahan berkonsep tradisional.