Menikah tanpa pacaran ternyata tidak hanya lazim dilakukan oleh pasangan yang beragama Islam saja, tapi beberapa adat dan tradisi juga ada yang menerapkan konsep tersebut, seperti di negara India. Pasangan-pasangan ini memiliki waktu perkenalan yang sangat singkat. Mereka hanya pernah bertemu beberapa kali, bahkan ada yang belum pernah bertemu sama sekali atau dijodohkan oleh orang tua mereka sendiri. Pada umumnya, pernikahan yang tidak diawali dengan berpacaran terdapat peran perantara yang menghubungkan calon mempelai laki-laki dan perempuan. Perantara ini bisa anggota keluarga, kerabat keluarga, atau sahabat kedua mempelai. Namun, pada beberapa kasus, tidak pacaran sebelum menikah juga bisa timbul dari keputusan kedua mempelai sendiri tanpa pengaruh agama dan budaya tertentu.
Tentu saja perjalanan setiap pasangan berbeda-beda. Berikut pro dan kontra menikah tanpa pacaran terlebih dahulu.
Photography: Imagenic
Pro Menikah Tanpa Pacaran
Zoya Amirin M.Psi., FIAS, seorang psikolog dan pakar seksologi, dalam Bridestory Unveiled the Podcast episode Persiapan Malam Pertama berpendapat, "Mereka yang melakukan ta'aruf cenderung memiliki kepribadian yang kalem sehingga dalam rumah tangganya pun tidak terlalu fluktuatif." Oleh karena itu, pasangan yang menikah tanpa pacaran dan langgeng dalam rumah tangga condong memiliki karakter yang tenang dan selalu fokus prinsip yang sudah dipegangnya, baik dalam hal agama maupun tradisi.
Berikut beberapa hal positif dari menikah tanpa pacaran:
1. Lebih fokus pada masa depan daripada masa lalu
Mereka yang memutuskan untuk meresmikan hubungan tanpa waktu lama lebih berfokus pada membangun masa depan yang baik bersama pasangan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh pasangan muda ta'aruf Dinda Hauw dan Rey Mbayang di channel YouTube mereka. Pasangan muda yang berprofesi sebagai aktor ini telah sama-sama terbuka dan saling menerima masa lalu dari sejak awal sehingga mereka pun lebih bisa fokus untuk merencanakan dan merancang masa depan yang lebih baik.
2. Berkontemplasi pada hal-hal positif
Menurut Rey, proses menunggu jawaban Dinda akan ajakan ta'aruf-nya merupakan sebuah pembelajaran untuk selalu berpikiran positif. Oleh karena itu, ketika dihadapkan oleh banyak cobaan pada saat merencanakan acara akad nikah, keduanya tetap berfokus pada pikiran dan perbuatan yang positif agar rencana berjalan lancar. Mirip halnya dengan pembawa acara Edric Tjandra dan istrinya, Venny, pasangan yang sudah dikaruniai anak ini fokus pada tujuan membina rumah tangga ketika pertama kali berkenalan sehingga mereka langsung fokus pada persiapan pernikahan.
3. Menjalankan ibadah dan tradisi
Bagi beberapa orang yang memprioritaskan tujuan ibadah dan mengangkat tradisi, menikah tanpa pacaran merupakan salah satu bentuk perwujudannya. Seperti Dinda dan Rey, keduanya memang memprioritaskan ketaatan pada agama. Selain itu, Dinda juga sangat menjunjung tinggi orang tuanya, maka ketika sang ibu mendukung ajakan Rey untuk ber-ta'aruf, Dinda pun menjadi tidak gentar. Bagi beberapa pasangan yang memiliki motivasi kuat seperti mereka, melaksanakan pernikahan tanpa berpacaran terlebih dahulu justru memberikan ketenangan batin tersendiri.
Kontra Menikah Tanpa Pacaran
Salah satu motivasi pasangan yang menikah tanpa pacaran adalah kepercayaan bahwa durasi berpacaran tidak bisa menentukan kelanggengan rumah tangga. Mereka melihat bahwa banyak yang berpacaran lebih dari satu tahun, tapi tidak berakhir di pelaminan. Atau, ada juga yang berpacaran selama bertahun-tahun, namun pernikahannya hanya bertahan beberapa bulan saja.
Akan tetapi, tidak melalui masa berpacaran sebelum menikah juga bukan tanpa resiko. Tahukah Anda, jika melalui masa berpacaran 1 - 2 tahun bisa menurunkan resiko perceraian hingga 20%? Bahkan, angka perceraian bisa turun sampai 50% jika pasangan saling mengenal dahulu selama 3 - 5 tahun sebelum menikah. Hal ini dibuktikan dari penelitian yang dituangkan dalam jurnal berjudul "A Diamond Is Forever" And other fairy tales: The relationship between wedding expenses and marriage duration terbitan Western Economic Association International 2015. Berikut alasan menikah tanpa berpacaran memiliki resikonya sendiri:
1. Kurangnya masa perkenalan
Membangun rumah tangga bukanlah sebuah pekerjaan mudah, terutama karena pernikahan ini menjadi momen perdana setiap pasangan memasuki hidup mandiri dan memegang tanggung jawab sendiri. Belum lagi culture shock yang dialami, bahkan pasangan yang sudah berpacaran beberapa tahun pun memerlukan masa penyesuaian ketika tinggal di satu atap untuk pertama kalinya. Mengatasi penyesuaian karakter sekaligus memenuhi kebutuhan rumah tangga yang tidak sedikit bisa menjadi hal yang cukup berat dan memicu konflik.
2. Durasi persiapan sangat pendek
Persiapan di sini tidak hanya yang berhubungan dengan acara pernikahan saja, tapi juga rumah tangga kedua mempelai nantinya. Apakah Anda dan calon suami Anda sudah sama-sama siap mental? Bagaimana keadaan finansial kalian? Bagi pasangan yang memutuskan menjalankan masa pacaran dahulu selama beberapa bulan atau bahkan tahunan, mereka lebih punya banyak waktu untuk mempersiapkan mental, batin, dan keuangan untuk keberlangsungan rumah tangga nantinya.
3. Terbawa tren
Tidak dipungkiri jika gencarnya gerakan menikah tanpa pacaran cukup terasa di media sosial, apalagi beberapa publik figur juga secara terang-terangan mempromosikan gerakan tersebut. Memutuskan untuk menikah tanpa berpacaran membutuhkan kedewasaan dan pemahaman diri yang baik dari kedua belah pasangan. Belum lagi kemapanan finansial juga turut mendukung. Dikhawatirkan hal ini hanya menjadi tren belaka yang rawan diikuti oleh beberapa pasangan, tanpa pendalaman yang bijaksana akan karakter diri dan kondisi lingkungannya.
Putuskan secara bijak
Apa yang membuat Anda yakin untuk menikah? Alasan apa yang membuat Anda tidak ingin berpacaran sebelum menikah? Apa tujuan Anda menikah? Tanyakan hal-hal tersebut kepada diri Anda sendiri, kemudian kepada pasangan. Mintalah juga pendapat orang tua atau pihak lain yang memiliki kredibilitas agar Anda dan pasangan bisa lebih mempertimbangkan jalan mana yang terbaik.
Selain ada atau ditiadakannya proses berpacaran sebelum menikah, Anda juga perlu memikirkan soal usia. Karena usia juga berpengaruh pada keadaan mental, jangan lupa tanyakan kepada diri sendiri kuga, apakah Anda sudah cukup mantap menjalani rumah tangga di usia Anda?Baca artikel ini untuk mengetahui bagaimana usia mempengaruhi kualitas pernikahan.