Blog / Wedding Ideas / Mengenal Loro Blonyo, Patung di Pernikahan yang Melambangkan Kemakmuran dan Keturunan

Mengenal Loro Blonyo, Patung di Pernikahan yang Melambangkan Kemakmuran dan Keturunan

Warna:
Tambahkan ke Board
mengenal-loro-blonyo-patung-di-pernikahan-yang-melambangkan-kemakmuran-dan-keturunan-1

Jika Anda pernah datang ke acara pernikahan adat Jawa, Anda akan menemukan sepasang patung pengantin yang sedang duduk bersila. Menurut sejarah, patung tersebut adalah Loro Blonyo yang telah ada sejak masa kepemimpinan Sultan Agung di Kerajaan Mataram pada tahun 1476.

Patung pria merupakan representasi dari Dewa Wisnu. Sementara, patung wanita adalah simbolisasi dari Dewi Sri atau dikenal sebagai Dewi Kesuburan. Keduanya adalah pasangan yang sangat serasi hingga akhirnya dibuatkan patung yang menyerupai mereka dan diberi nama Loro Blonyo yang memiliki arti dari simbol kemakmuran, serta keturunan atau dapat disebut kemakmuran dan kesinambungan.

Patung pria mengenakan kuluk kanigara, yakni tutup kepala para raja berwarna hitam dengan garis kuning yang disusun secara tegak dan melingkar, kemudian menggunakan atribut seperti stagen, serta diberi sabuk melingkar. Posisi tangan patung pria disebut ngapurancang, yaitu posisi kedua tangan diletakkan di atas pusar dan posisi kaki bersila dengan memperlihatkan telapak jari-jari kaki.

Lalu, patung wanita mengenakan busana khas Jawa, yakni kemben, dilengkapi dengan hiasan paes di dahi. Bentuk rambut dari patung wanita merupakan gelungan lengkap dengan mahkota di bagian atas, serta menggunakan sunduk mentul (sejenis hiasan untuk rambut). Posisi kaki sedang timpuh atau sikap hormat dengan bagian telapak serta jari kanan dan kiri terlihat.

Penggunaan Patung Loro Blonyo

Berdasarkan sejarah, patung Loro Blonyo ini sangat erat dengan kultur dan budaya, hanya kaum priyayi etnis Jawa saja yang memilikinya. Di dalam rumah joglo milik kaum priyayi, patung Loro Blonyo diletakkan di sentong atau bagian tengah rumah karena bagian ini dianggap sebagai wilayah pribadi suami dan istri.

Meskipun sudah memasuki zaman modern, patung Loro Blonyo pun masih didapatkan di rumah-rumah masyarakat Jawa saat ini. Patung ini menjadi gambaran bahwa pemilik rumah sudah berkeluarga. Biasanya, patung Loro Blonyo ditempatkan di luar kamar, seperti di ruang tamu atau ruang keluarga sebagai hiasan interior ruangan. Patung Loro Blonyo juga dipercaya dapat menimbulkan aura positif di dalam rumah sehingga keharmonisan kehidupan rumah tangga tetap terjaga.

Kini, patung Loro Blonyo sering digunakan sebagai aksesoris dekorasi pernikahan, bahkan dijadikan souvenir pernikahan. Penggunaan patung Loro Blonyo dalam sebuah pernikahan memiliki arti, yakni sebagai representasi keindahan kehidupan rumah tangga pasangan pengantin baru yang akan selalu menjaga keselarasan dan keharmonisan.

Legenda Loro Blonyo
Cinta Batara Guru yang Ditolak oleh Dewi Sri

Mengenal Loro Blonyo, Patung di Pernikahan yang Melambangkan Kemakmuran dan Keturunan Image 1

Sang Batara Guru yang kesepian di kahyangan menciptakan seorang perempuan yang diberi nama Retno Dumilah yang disebut Dewi Sri. Ia pun jatuh cinta kepada Dewi Sri, namun sang dewi menolak cinta Batara Guru dengan mengajukan tiga syarat yang tidak bisa dipenuhi oleh Batara Guru.

Batara Guru pun marah dan ia merasa ada dewa lain yang menghalangi cintanya. Kemudian, ia mengutus Kala Gumarang untuk menyelidikinya, tetapi sama seperti Batara Guru, Kala Gumarang pun jatuh cinta kepada Dewi Sri dan mengejar kemana pun sang dewi pergi.

Dewi Sri marah mengetahui hal tersebut dan mengutuk Kala Gumarang menjadi babi. Tetapi, Kala Gumarang tetap mengejar kemana pun sang dewi pergi sampai ke bumi. Di bumi tempat Dewi Sri tinggal, terdapat tanaman padi dan tumbuhan lain yang memancarkan cahaya kemilau. Melihat cahaya tersebut, Prabu Mangkukuhan dari Kerajaan Medang yang merupakan jelmaan manunggal Batara Wisnu pun jatuh cinta kepada sang Dewi. Batara Wisnu yang juga dikenal sebagai Raden Sadana akhirnya mengambil Dewi Sri sebagai istri.

Sementara itu, masyarakat merawat tanaman padi yang ditinggalkan Dewi Sri agar terlindungi dari ancaman babi. Mitologi Jawa dan Nusantara menyebut Dewi Sri sebagai Dewi Padi atau Dewi Kesuburan. Sementara Raden Sadana adalah perwujudan Dewa Wisnu yang dikenal sebagai pemelihara kelestarian alam semesta. Keduanya merupakan suami-istri abadi yang memiliki misi ke dunia untuk menolong manusia agar mencapai kesejahteraan hidup.

Dewi Sri Dikejar oleh Bathara Kala

Versi lain dalam legenda Loro Blonyo adalah Dewi Sri dan Sadana yang merupakan saudara kembar kedhono-kedhini yang saling mencintai. Cinta mereka tak direstui dikarenakan saudara sekandung. Sadana yang putus asa akhirnya bunuh diri dan berharap dapat bereinkarnasi menjadi manusia sehingga bisa menikah dengan Dewi Sri.

Mengetahui Sadana bunuh diri, Dewi Sri hidup mengembara dan dikejar oleh Batara Kala yang kemudian ditolong oleh seorang petani. Sebagai ucapan terima kasih, Dewi Sri dengan kesaktiannya memberi hasil melimpah pada petani tersebut. Untuk membalas kebaikan Dewi Sri, para petani pun membuat patung Dewi Sri dan Raden Sadana dalam bentuk patung pengantin yang berdampingan.

Jika Anda dan pasangan yang sedang merencanakan pernikahan dengan Adat Jawa, Anda bisa menambahkan patung Loro Blonyo sebagai aksesoris maupun souvenir pernikahan karena patung ini dapat diinterpretasikan sebagai simbol seorang kekasih atau pengantin yang hendak dirias atau didandani agar keduanya saling meluluhkan hati. Dalam pernikahan Jawa, patung Loro Blonyo juga memiliki arti dan fungsi yang baik sebagai simbol kesuburan dalam berumah tangga maupun penghasilan, seperti kisah Dewi Sri sebagai lambang kesuburan dan Raden Sadana yang menjadi lambang keharmonisan.

Vendor yang mungkin anda suka

Instagram Bridestory

Ikuti akun Instagram @thebridestory untuk beragam inspirasi pernikahan

Kunjungi Sekarang
Kunjungi Sekarang