Prosesi yang dijalani oleh calon mempelai wanita keturunan Arab, termasuk di Indonesia, sebelum upacara pernikahan dilakukan disebut Malam Pacar. Ya, tradisi ini semacam bridal shower di istilah Barat, atau henna night di tradisi India. Kata 'pacar' diambil dari 'daun pacar' yang menghasilkan pewarna alami berwarna merah yang dikenal dengan nama henna atau inai. Dalam prosesi ini, keluarga dan para sahabat akan memakaikan henna pada jari, telapak, hingga pergelangan calon mempelai dengan dengan motif-motif yang menarik. Tradisi ini menjadi simbol dari pemberian restu oleh para tamu yang hadir.
Pemakaian henna ini juga dibarengi dengan doa bersama dan pengajian, lalu ditutup dengan menari tarian perut bersama. Terdapat beberapa perbedaan pelaksanaan Malam Pacar di negara-negara asalnya di Timur Tengah dengan di negara-negara Melayu, seperti Indonesia. Di daerah asalnya, tradisi ini biasanya diadakan satu hingga dua minggu sebelum pernikahan dilakukan, sedangkan di negara-negara Melayu diadakan hanya satu hari sebelum akad nikah digelar. Selain itu, di Indonesia sendiri prosesi ditambahkan dengan sungkeman calon mempelai kepada orang tua.
Beberapa kebudayaan asli Indonesia sendiri juga sebenarnya memiliki tradisi mirip dengan Malam Pacar, seperti Malam Bohgaca dari Aceh, Berinai dari Riau (juga dilakukan oleh Suku Melayu di Singapura), Berpacar di Palembang, Pasang Pacar di Lampung, dan Peta Kapanda di Bima. Beberapa dari tradisi tersebut memang mengadaptasi tradisi Timur Tengah ini. Misalnya, meletakkan tumbukan daun pacar ke tangan calon mempelai oleh mereka yang memiliki kehidupan rumah tangga langgeng dan bahagia ketika Mapacci, adat Suku Bugis dari Makassar. Malam Bainai yang dijalankan Suku Minangkabau juga melibatkan tumbukkan daun pacar untuk mewarnai kuku calon mempelai wanita.
