Awalnya Mellisa Wijaya dan Yoseph Bunyamin sudah membayangkan akan mengikat janji pernikahan di Fairmont Banff, Kanada. Barisan gunung es dengan hamparan danau nan syahdu adalah tempat terbaik untuk mentransformasikan cerita cinta long distance relationship menjadi ikatan pernikahan yang sakral. Tanggal pun sudah dipilih, yaitu 9 April 2020, tepat lima tahun mereka berpacaran dengan konsep perayaan yang privat, dan hanya mengundang keluarga serta sahabat terdekat.
Namun pandemi Covid-19 membuyarkan semuanya. Pembatalan pernikahan harus dilakukan karena seluruh dunia tengah membatasi ruang gerak manusia demi menghentikan penularan penyakit baru ini. Alhasil, pasangan ini pun harus rela menyimpan rapat semua mimpi tentang hari pernikahan. Hingga pada 31 Maret 2021, Yoseph meminta Mellisa untuk kembali mengurus segala persiapan tentang pernikahan. "Tadinya mau pemberkatan dan catatan sipil saja, tapi Mas Yos tahu banget my dream wedding, simpel, natural, dan intimate. Jadi dia menginginkan aku untuk mewujudkan itu semua," ceritanya.
Mellisa pun langsung menelepon ayahnya untuk menentukan hari terbaik dalam melangsungkan pernikahan. Pilihan tanggal pun diberikan. "Papi bilang, hari bagusnya adalah 5 Mei atau tahun depan sekalian. Bahkan jam yang baik untuk melaksanakan pernikahannya sudah dihitung oleh Papi, yaitu jam 08:30 pagi atau 03:00 sore. Akhirnya kami memutuskan untuk memilih tanggal 5 Mei 2021, meski ini artinya kami hanya punya 35 hari untuk mempersiapkan semuanya."
Saat tanggal sudah disepakati, hal pertama yang Mellisa cari adalah desainer gaun pernikahan. Karena lama tinggal di Amerika Serikat, Mellisa hanya memiliki empat nama desainer yang menjadi incaran. Tapi dari keempat desainer itu tidak ada yang bisa menyanggupi menyiapkan gaun pernikahan dalam waktu singkat. Hingga salah seorang teman Mellisa kemudian mereferensikan Hian Tjen.
Semesta pun mendukung. Hian Tjen tidak hanya bersedia membuatkan gaun pernikahan Mellisa, tapi juga bersedia turun tangan untuk mengurus segala kebutuhan pernikahan Mellisa dan Yoseph. "Tadinya dipikir Hian Tjen dan Business Manager-nya Henry Santoso, semua kebutuhan pernikahan saya sudah siap. Tapi begitu tahu belum ada yang saya persiapkan, bahkan konsep pernikahan saja saya tidak punya. Akhirnya dengan baik hatinya Koko Hian menegaskan kalau dia akan membantu saya dari A sampai Z," cerita Mellisa antusias.
Hian mendengarkan dengan detail bagaimana konsep pernikahan Mellisa yang sempat batal di Banff. Informasi inilah yang kemudian diolah dengan apik oleh Hian dan timnya menjadi konsep pernikahan yang simpel, natural, serta penuh kehangatan. Maka dipilihlah Stonehenge Merapi Jogja sebagai tempat pelaksanaan pemberkatan nikah. Ini adalah replika Stonehenge, berupa susunan batu-batu besar yang adalah peninggalan zaman prasejarah yang ada di Inggris.
Stonehenge Merapi dibuat begitu mirip dengan aslinya. Tidak hanya susunan batu besar nan kokoh yang terlihat seperti instalasi seni, tapi juga alas rumput hijau dengan area yang begitu terbuka membuat tempat ini terasa ikonik.
Di hari pernikahan Mellisa dan Yoseph, Stonehenge Merapi tidak hanya terlihat kokoh dengan susunan batu-batu besarnya tapi juga romantis. Adalah 200.000 batang bunga peacock berwarna putih yang didatangkan dari Jakarta, Bandung, Surabaya dan Semarang yang memberikan sentuhan kelembutan yang berbaur dengan terpaan sinar matahari. "Dari mendengarkan cerita aku, Ko Hian bisa tahu kalau aku orangnya simpel dan suka bunga. Jadi venue-nya harus penuh dengan bunga tapi tidak boleh banyak jenis. Dipilihlah peacock putih itu."
Untuk mewujudkan suasana natural yang kental, bunga-bunga peacock itu pun ditebar sedemikian rupa sehingga terlihat seperti tumbuh liar di alam bebas. "Dan itu tanpa disiapkan tenda. Jadi kalau malam sebelum pernikahan hujan, sudah hilang semua dekorasi. Aku sempat ditawarkan untuk pakai tenda, tapi aku ngga mau. Benar-benar berpasrah ke Tuhan yang penting kita cuman bisa melakukan yang terbaik." Lalu untuk mengantisipasi kalau matahari menyengat tajam atau kemudian turun hujan, Mellisa minta disipakn payung. "Kalau panas pakai payung yang kertas dan kalau hujan pakai payung yang transparan. Jadi tetap terlihat menyatu dengan dekorasinya."
Dan ternyata rumus berserah Mellisa pun membuahkan hasil, perayaan ikatan cintanya dengan Yoseph berjalan lancar. "Semakin berserah malah semakin flawless," ceritanya berbinar-binar. Di hari pernikahannya, cuaca tidak panas. Bahkan tepat di saat pemberkatan nikah, cahaya matahari menyinari kedua pengantin dengan lembut. "Jadi dari sisi kebutuhan foto dan video komposisinya sangat pas dan natural. Tidak hanya pengantin yang merasakan momen sakralnya tapi para tamu yang hadir pun menikmati sekali prosesinya."
Cerita flawless di hari pernikahan Mellisa semakin terasa magis dengan balutan gaun pernikahan yang dikenakannya. Hian dengan sempurna memadukan tampilan princessy dengan spirit bebas nan lepas. "Karena Papi aku maunya aku terlihat tetap seperti princes dihari pernikahan, tapi Koko Hian tahu banget kalau aku juga tomboy. Jadilah dibuat cutting gaunnya simpel, klasik tapi tetap ada sentuhan elegan princess-nya." Teknik draping asimeteris dari mulai garis leher sampai dengan pinggul begitu kuat menampilkan aura elegan nan feminis sambil menambahkan unsur magisnya siluet tubuh.
Semua elemen yang membentuk babak baru dalam kehidupan Mellisa dan Yoseph seolah menyiratkan makna bahwa kekokohan dan kelembutan cinta hanya akan berpadu sempurna dalam keberserahan pada segala rencana Tuhan. Karena sejatinya, semakin kita berserah pada Sang Pemilik Hidup maka perjalanan cinta kita semakin bertumbuh dalam kesederhanaan tak bercela.
