Pertemuan Evelyn dan Henry berawal dari sebuah lokasi wahana hiburan ternama di Jakarta, yaitu Dunia Fantasi. Mereka merupakan korban 'perjodohan' dari para sahabatnya. Namun, upaya yang dilakukan oleh teman-temannya tersebut tidak membuahkan hasil karena karakter mereka berdua yang sangat bertolak belakang. Henry yang selalu menunjukkan sikap cuek dan sangat dingin bertemu dengan Evelyn yang cenderung aktif dan sangat senang berbicara. "Dijodohkan karena teman-teman bilang kalau wajah kami berdua mirip. Tapi, ternyata gagal karena kami tidak ada chemistry sama sekali saat di Dufan," kenang Evelyn. "Akhirnya teman-temanku yang pantang menyerah itu merencanakan liburan bersama ke Sawarna. Di sana barulah kami saling tertarik dan memulai pendekatan." Sejak momen kebersamaan mereka di Sawarna, Evelyn mengenal Henry sebagai pribadi yang dewasa dan juga perhatian. Begitu pula dengan Henry, ia melihat Evelyn sebagai perempuan yang mandiri dan gemar berpetualang. Mereka pun menjalani hubungan selama lebih dari tujuh tahun sebelum akhirnya memutuskan untuk melangkah ke pelaminan yang juga jatuh di bulan tujuh pada tahun 2019.
Dalam undangan pernikahannya yang menggunakan huruf braille, Evelyn terinspirasi dari moral yang terkandung di dalam buku anak-anak Le Petit Prince yang berbunyi, "Sesuatu yang abadi tidak terlihat oleh mata, tetapi oleh hati." Sementara untuk gaun pernikahan, ia membuat desainnya sendiri dengan dibantu oleh kerabat yang juga ikut berperan besar dalam mewujudkan ide-idenya menjadi 3-in-1 wedding dress pada acara pemberkatan, resepsi, maupun after-party.
Melangsungkan pemberkatan di Gereja St. Matius Penginjil Bintaro, Evelyn tampak anggun mengenakan gaun berwarna putih yang flowy dengan pola dedaunan dan ornamen bunga. Riasan wajah yang dengan pulasan lembut membuatnya terlihat segar sekaligus menawan. Setelah pemberkatan yang berlangsung khidmat, acara dilanjutkan dengan resepsi pada malam hari yang mengusung tema Our Favorite Things. Pasangan ini menggabungkan beberapa unsur kegemaran mereka yang kemudian disatukan ke dalam satu benang merah. Salah satunya adalah elemen tropikal dengan kombinasi warna-warna gelap yang terdapat pada dekorasi di setiap sudut Tugu Kunstkring Paleis yang diabadikan dengan apik oleh tim fotografer dari Journal Portraits. "Kami sering melewati tempat tersebut dan selalu membayangkan untuk menikah di sana. This place has its own charm that we can't explain!" ujar Evelyn. Acara resepsi ini kemudian ditutup dengan kemeriahan after-party bersama para sahabat.