Pernikahan yang sebenarnya sudah direncanakan selama satu tahun harus mengalami perubahan. Akibat pandemi COVID-19, Shita dan Bagus perlu bekerja lebih ekstra dalam mempersiapkan pernikahan mereka. "Ketika pasien pertama yang tertular virus COVID-19 di Indonesia diumumkan, kami baru saja melangsungkan lamaran. Hal tersebut sangat membuat kami khawatir, namun kami masih yakin kalau bulan Agustus kami masih bisa melangsungkan pernikahan sesuai dengan rencana. Sayangnya, prediksi kami keliru," cerita sang mempelai perempuan. "Sambil memantau situasi, kami mulai membuat plan B, dan dapat dikatakan mulai dari nol lagi karena kami merombak ulang semua rencana. Bisa dibilang persiapan pernikahan kami hanya dua setengah bulan saja."
Seperti sebuah dongeng yang berakhir bahagia, Shita dan Bagus berhasil mewujudkan pernikahan impian mereka dengan konsep new normal wedding yang menggabungkan adat Jawa dan Bali, budaya asal usul keduanya. Tema pernikahan mereka merangkum unsur tradisi dua budaya tersebut dalam kemasan yang modern, eksentrik, serta sederhana, namun tetap berkesan. "Kami memiliki banyak sekali perbedaan, seperti latar belakang budaya dan agama; cara berpikir Bagus yang logis, sementara saya sangat perasa; Bagus yang sangat rapi, sedangkan saya berantakan, dan masih banyak lagi. Namun, satu hal yang dapat menyatukan kami, yaitu musik dengan genre, band, dan artis yang sama," tutur Shita yang sudah mengenal Bagus sejak 10 tahun yang lalu.
Didominasi oleh warna hijau tua, Keola Project, sebagai vendor dekorasi pernikahan Shita dan Bagus, memberikan sentuhan budaya Jawa melalui instalasi ronce melati pada sisi tengah, serta rangkaian bunga pada sisi kanan dan kiri. "Fungsi ronce tidak dibuat bersamaan dengan rangkaian lainnya, tetapi berdiri sendiri melalui backdrop yang melengkung ke depan agar memberikan efek floating," ungkap Indra dari tim Keola Project. Sementara itu, unsur Bali ditampilkan pada dekorasi outdoor dengan tiga pintu khas Bali yang merupakan karya instalasi seni buatan Shita semasa kuliah dahulu. "Saya, Bagus, dan keluarga juga mengenakan busana yang terinspirasi dari pakaian adat Bali, dirancang khusus oleh Studio Jeje dengan konsep tradisional klasik yang dieksekusi secara modern dan eclectic. Khusus kebaya yang saya kenakan, terdapat detail bunga teratai sebagai simbol nama saya yang merupakan sentuhan personal dan dibordir dengan finishing hand-applied-embellishment," ungkap Shita yang merupakan lulusan kuliah seni ini.
Photography: Jejakurcaci
Photography: Jejakurcaci
Photography: Jejakurcaci
Photography: Jejakurcaci
Photography: Jejakurcaci
Photography: Jejakurcaci
Photography: Jejakurcaci
Photography: Jejakurcaci
Photography: Jejakurcaci
Photography: Jejakurcaci
Photography: Jejakurcaci
Photography: Jejakurcaci
Photography: Jejakurcaci
Photography: Jejakurcaci
Photography: Jejakurcaci
Photography: Jejakurcaci
Photography: Jejakurcaci
Photography: Jejakurcaci
Photography: Jejakurcaci
Photography: Jejakurcaci
Photography: Jejakurcaci
Photography: Jejakurcaci
Photography: Jejakurcaci
Photography: Jejakurcaci
Photography: Jejakurcaci
Photography: Jejakurcaci
Terlepas dari situasi pandemi yang membuat Shita dan Bagus membatalkan pernikahan mereka yang seharusnya dilangsungkan di Bandung, pernikahan mereka sukses digelar dengan konsep new normal wedding dengan jumlah tamu sebanyak 150 orang yang bertempat di Seribu Rasa Summarecon Bekasi. "Seribu Rasa adalah jawaban dari doa-doa kami yang memberikan harapan bahwa kami bisa melangsungkan acara pernikahan kecil yang menyenangkan," Shita menjelaskan. "Restoran ini memiliki arsitektur dan interior yang cantik sehingga tidak memerlukan dekorasi yang terlalu berat, ditambah lagi ada area outdoor yang sangat penting untuk sirkulasi udara yang baik di tengah kondisi pandemi ini. Tidak lupa, Seribu Rasa juga membantu kami dalam menerapkan protokol kesehatan dengan disiplin."
Dukungan keluarga dan diskusi yang baik merupakan modal utama Shita dan Bagus dalam merencanakan pernikahan mereka yang harus diubah dari nol. Dalam merencanakan pernikahan, mereka selalu mengutamakan keamanan dan kenyamanan dalam situasi kesehatan yang sedang tidak menentu ini. "Setiap langkah yang kita pilih harus bijak ketika berkaitan dengan pandemi untuk kenyamanan dan keamanan semua pihak. Kita perlu terus memantau informasi mengenai protokol kesehatan terkait pengadaan acara pernikahan. Dari sini, kita belajar melepaskan, bahwa tidak semua hal akan terjadi seperti apa yang kita rencanakan dan fokuslah kepada hal-hal yang esensial," pesan Shita untuk seluruh calon mempelai yang akan melangsungkan pernikahan di kondisi new normal ini.