Bernardus Evan Susanto dan Mia Kusumaatmaja bisa dibilang pasangan yang lebih banyak menjalani hubungan secara daring atau online. Keduanya terpisah jarak Jakarta-Perth. Pertemuan pertamanya pun secara daring, yaitu dating apps, coffee meet bagel. Yang menarik dari pertemuan keduanya adalah meski mereka berada di dua lokasi yang berbeda tapi tetap bisa "matched". "Secara kebetulan lokasi saya ada di Perth, tapi bisa nyangkut di Indonesia. Akhirnya setelah kita matched, maka berkomunikasi melalui aplikasi dan berlanjut ke whatsapp," cerita Mia..
Meski ukuran matched pada aplikasi berdasar hitung-hitungan algoritma, namun ketika keduanya berkomunikasi terasa seperti sudah berkenalan lama. "Komunikasi kami bisa dikatakan cukup intense, setelah beberapa kali chat, kita memutuskan untuk video call. Kemudian kita mulai sharing perasaan masing-masing hingga merencanakan pertemuan in real life," sambung Mia antusias.
Maka bertemulah keduanya untuk pertama kalinya di Jakarta pada Agustus 2018. Sepanjang 2018-2019, keduanya travelling bersama. Hingga kemudian Mia harus kembali ke Perth. Pada 2019, Evan berencana untuk mengunjungi Mia di Perth tapi gagal karena pihak kedutaan Australia di Jakarta tidak mengabulkan permohonan visa. Hingga pandemi Covid-19 pun terjadi. Australia menutup seluruh perbatasannya dan melarang kunjungan orang asing ke negaranya. "Kami berpacaran kira-kira 4,5 tahun tapi selama 2,5 tahun kami hanya berkomunikasi lewat video call."
Setelah pendemi berhasil dikendalikan, pemerintah Australia pun kembali membuka perbatasan dan mulai membolehkan adanya visitor masuk ke negaranya. Keduanya pun mantap memutuskan untuk menggelar pernikahan di Australia pada bulan Mei 2022. Apa yang membuat keduanya yakin untuk menikah meski lebih sering menjalani hubungan secara daring?
Bagi Mia, Evan adalah orang yang bisa dipercaya. "Dia selalu jujur dan selalu ada untuk saya. Meski karakter dan hobi kita sangat bertentangan, tetapi dari sini saya melihat bahwa perbedaan ada untuk saling melengkapi satu sama lain." Sedangkan untuk Evan, Mia memiliki kriteria yang pas untuk menjadi pasangan hidup. "Di usia perkenalan yang singkat pun, tidak perlu waktu lama bagi saya untuk memilih Mia menjadi pendamping hidup. Dia selalu menjadi supporter setia dan pendorong semangat di berbagai kondisi," jawab Evan tegas.
Sebelum benar-benar menggelar acara pernikahan di Australia, keduanya memutuskan untuk mengadakan pertemuan keluarga yang juga merupakan lamaran resmi Evan kepada Mia. Namun karena masih dalam situasi pandemi, maka lamaran harus dilakukan secara daring. Jadi pihak keluarga Evan datang ke rumah mia, sementara Mia yang berlokasi di Australia "hadir" melalui zoom meeting. "Peristiwa yang sangat memorable dan merepresentasikan how our relationship so far. Bahagia, iya; sedih juga ada," ucap Mia.
Namun long distance relationship yang sudah mantap meresmikan hubungan ke jenjang pernikahan ini kembali menemukan tantangan. Permohonan visa Evan untuk ke Australia ditolak untuk kedua kalinya. Alhasil perencanaan untuk menikah di Australia pun harus dibatalkan.
Maka keduanya memutuskan untuk menggelar pernikahan di Indonesia dengan membawa konsep natural wedding yang awalnya ingin diaplikasikan di Australia. Dan bagi keduanya, Bali adalah lokasi yang tepat untuk konsep tersebut. Lalu keduanya menemukan PineHill, sebuah hutan pinus yang berlokasi di Cibodas. "Tanpa sengaja sebenarnya. Adik saya menunjukkan foto PineHill dan sejak pertama kali melihat di November 2022, saya langsung jatuh hati," imbuh Mia.
Pucuk dicinta ulam pun tiba. Konsep natural wedding dengan sentuhan bunga-bunga Australia yang kuat berhasil diusung dalam sejuknya hutan pinus. Adalah Ellior Desain yang mampu memahami keinginan Evan dan Mia yang ingin menghadirkan suasana natural yang menenangkan. "Nature, relax tetapi tetap pretty," sambung Mia antusias.
Persiapan pernikahan Evan dan Mia bisa dibilang lebih banyak dilakukan secara online. Meski demikian Evan dan Mia mengaku tidak banyak mengalami masalah. "Wedding Planner kita, Clover Wedding sangat-sangat helpful dan memahami kita berdua. Meski kita hanya memiliki dua kali tech meet secara tatap muka, Clover mampu menyakinkan kita untuk menyerahkan segalanya kepada mereka. Seiring berjalannya waktu Clover make our preparations easier, no bridezilla moment sama sekali," papar Mia.
Mendekati hari H, keduanya sempat khawatir karena seminggu sebelum acara selalu hujan badai setiap hari. Namun kekuatan doa membuatnya sempurna. "Berkat bantuan doa dari banyak pihak, miracle happen. Beautiful weather one day before and on the big day. Thanks God," kenang Mia bahagia. Lantas momen apakah yang paling berkesan dari rangkaian acara pemberkatan hingga resepsi pernikahan yang dijalani keduanya? Baik Evan dan Mia mengakui bahwa seluruh rangkaian adalah favourite moment karena terasa intimate, relax dan hangat. "Tetapi jika hanya diminta satu, maka speech time dari orang-orang terdekat kita, ini sangat berkesan."
Dan atas semua kesempurnaan momen yang tercipta, keduanya begitu berterima kasih kepada seluruh vendor yang terlibat. Adapun vendor-vendor yang paling berkesan adalah, "Clover wedding yang sangat mengerti, mendengarkan dan always ensure us everything gonna be alright, bring peace on our preparation. Lalu Elior Design yang berhasil make our dream come true, perfectly set up. Can't imagine better that that. Dan untuk Robert, our MC. Without rehearsal. He just direct the event really well, warm, welcome, intimate, fun, relax. Just super thanks for him.
Untuk pasangan yang saat ini tengah menjalani long distance relationship, Evan dan Mia membagikan tips menjaga hubungan tetap penuh cinta. "If someone trust you, make it growth. Communicate everything, even it seems hard, buat at least try. Kejujuran, kepercayaan, komunikasi dan passion for each other is the key. Always have a plan and excitement to meet up in person," pungkas keduanya bahagia.