Tidak ada yang tahu, kapan dan bagaimana tepatnya pasangan hidup kita akan datang. Bisa saja, ia akan datang di momen-momen tidak terduga, entah itu saat bepergian ke suatu tempat, ataupun melalui perkenalan dalam lingkar pertemanan yang sama. Seperti cerita kedua sejoli yang baru saja melabuhkan hati dalam ikrar suci pernikahan ini.
Kisah pertemuan Anggis Dinda dan Adam Sutan bermula dari campur tangan sejumlah mutual friends yang ingin memperkenalkan keduanya. Namun, karena satu dan lain hal, mereka pun baru menyempatkan diri bertemu secara langsung dua tahun kemudian. "Ada dua orang teman yang mau ngenalin sekaligus karena menganggap kita bakal cocok, tapi sempat gagal terus rencana ketemunya dari tahun 2019. Akhirnya, di awal tahun 2021, dengan bantuan salah satu dari mereka, pas banget Anggis selesai sidang S2, kita berhasil ketemu makan siang sambil ngerayain ulang tahun teman kita yang berhasil ngenalin itu. Dari sana berlanjut, deh, jadi sering ngobrol," kenang Anggis. Merasa memiliki visi yang sama untuk merangkai masa depan, pasangan ini pun mantap untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius.
Berlokasi di Sampoerna Strategic Square, Jakarta Selatan, keduanya berhasil melangsungkan akad nikah secara khidmat yang disaksikan oleh keluarga serta kerabat dekat. Interior gedung yang ikonik pun disulap dengan bunga-bunga segar berwarna biru langit hasil kreasi dari Lili Vicky Decoration. "Kita suka sekali konsep lobby dengan ceiling yang cantik di saat pagi dan sore karena ada pencahayaan natural yang cocok untuk melaksanakan akad," ungkap womenpreneur yang juga aktif dalam organisasi sosial Youth of Indonesia ini.
Anggis terlihat menawan kala mengenakan kebaya tradisional serba putih besutan Billy Tjong, lengkap dengan aksesori adat Palembang persembahan dari Vienna Gallery. Selaras dengan sang istri, Adam pun tampak gagah dalam balutan busana tradisional Palembang. Aura kebahagiaan begitu jelas terpancar di wajah keduanya kala mengangsurkan buku nikah di hadapan para tamu undangan.
Usai momen sakral tersebut, kedua mempelai pun bersiap menuju ballroom tempat diadakannya resepsi. Hingga kemudian, tepat di pertengahan aisle, Anggis dengan bangga mempersembahkan sebuah tarian tradisional asal Sumatera Selatan, yaitu Tari Pagar Pengantin. Tradisi ini memiliki makna sebagai bentuk pelepasan masa lajang seorang wanita, serta ungkapan rasa syukur dari pihak pengantin atas kehidupan baru yang akan dijalaninya kelak.
"Tadinya mau maju mundur untuk menarikan ini, tapi karena dipikir-pikir cuma sekali dalam seumur hidup, akhirnya memutuskan untuk melestarikan budaya adat Palembang. Setiap keluarga dari papa yang berasal dari Sumatera Selatan, kebetulan melaksanakan tradisi ini di setiap acara pernikahannya. Jadi, pengantin laki-laki akan menunggu di belakang, dan pengantin wanita menari sambil dikelilingi dayang-dayang," Anggis bercerita. Ia pun mengungkapkan bahwa dirinya hanya membutuhkan waktu satu kali latihan saja untuk dapat mempelajari tarian ini, mengingat gerakannya yang terbilang sederhana.
Melangsungkan acara pernikahan di tengah pandemi bukanlah suatu halangan yang berarti bagi Adam maupun Anggis. Sebab, keduanya memang mengidamkan perayaan sederhana dalam sentuhan semi intimate—di mana mereka hanya mengundang sebanyak 350 tamu undangan yang terbagi ke dalam dua sesi. "Alhamdulillah, keluarga dan teman terdekat yang sehat tetap bisa hadir dan ikut meramaikan acara. Kita juga terbantu dengan vendor-vendor yang support di acara saat pandemi, seperti vendor yang menyediakan jasa live streaming dan e-invitation, yang mampu memperkirakan kehadiran tamu undangan agar tidak terlalu ramai," tutur Anggis.
Sejumlah sudut gedung pun dijadikan sebagai tempat bagi keduanya untuk melakukan sesi pemotretan nan intim. "Yang paling menyenangkan adalah saat sesi pre-wedding. Karena kita belum pernah melakukan sesi foto berdua yang serius, jadi sekalian bonding. Kebetulan Trity & Co juga oke banget mengarahkan gayanya. Semua momen sangat berkesan asal jangan dibawa stres, santai aja," tutupnya.