Pasangan keturunan Asia, Derek dan Deirdre yang lahir dan dibesarkan di California, ternyata dengan teguh memegang akar budaya tradisional mereka. Darah Asia yang mengalir dalam diri mereka, nyatanya mengakar lewat cerita-cerita akan kebudayaan Asia yang mereka dapati sejak dini. Memiliki kesamaan latar belakang, mulai dari budaya Asia yang selaras hingga kecintaan mereka terhadap tradisi, budaya, dan sejarah yang ada di dalamnya, kemudian menyatukan mereka pada ikatan pernikahan. Menjadi sumber inspirasi utama dalam kehidupan mereka, keduanya pun memutuskan untuk melaksanakan selebrasi pernikahan dengan memasukkan unsur-unsur upacara pernikahan kuno yang menyatu dengan alam. Tujuannya, agar setiap rangkaian dari hari istimewa itu bisa menghadirkan arti yang lebih dalam.
Lokasi pernikahan menjadi sorotan utama bagi Derek dan Deirdre dalam melangsungkan hari pernikahan. Ingin mengukir kenangan yang indah sekaligus tak terlupakan, kedua pengantin tersebut menjatuhkan pilihan mereka pada Plataran Canggu di Bali. Selain karena alasan utama lokasi yang berada di wilayah Asia, Plataran Canggu ini dinilai cukup strategis bagi Derek dan Deirdre yang menginginkan lokasi pernikahan dengan tema hutan tradisional, namun masih cukup dekat dengan wilayah kota sebagai destinasi bulan madu mereka nantinya.
Melaksanakan pernikahan di negara Indonesia, kedua mempelai ini punya cara sendiri untuk menghargai kebudayaan di tanah pernikahan mereka dilaksanakan. Hal ini mereka terapkan dengan menyulap lokasi pernikahan melalui penerapan ornamen pergola dan meja altar yang mengandung unsur ukiran jawa. Selain itu, dalam penyematan bunga dekorasi, Derek dan Deirdre secara khusus menggunakan bunga-bunga lokal yang mengandung makna penuh arti bagi keduanya. Seperti pemilihan bunga lotus yang melambangkan kemurnian, keindahan, dan juga umur panjang. Begitupula dengan bunga sedap malam yang hinggap tepat di atas kedua mempelai saat sedang mengikrarkan janji pernikahan. Harapannya agar pernikahan tersebut mengandung kemurnian, kepolosan dan kedamaian layaknya sang bunga sedap malam.
Menjadi sorotan utama dalam rangkaian hari besar Derek dan Deirdre, kedua mempelai ini dengan anggun menghadirkan kembali tradisi penyatuan dua jiwa yang berasal dari sejarah kuno, kedalam rangkaian upacara pernikahan mereka. Dengan rimbunnya pepohonan sekitar yang menjadi saksi, hingga bantuan dari para selebran, Derek dan Deirdre mengikat tangan mereka menggunakan tali khusus berbentuk akar pohon, sebagai simbol penyatuan dua jiwa di dalam satu ikatan. Di dalam prosesnya, dengan keadaan tangan yang bersalaman, tali khusus dilingkarkan di tangan kedua pasangan ini dan sumpah pernikahan pun disampaikan pada satu sama lain. Setelah pengikraran janji tersebut usai, masing-masing dari mereka kemudian menarik ujung tali untuk membuat ikatan yang kuat sebagai simbol penyatuan jiwa mereka serta sumpah yang telah diucapkan dan disaksikan oleh semesta.