Photography: Thinkstock Photos
Orang di sekeliling kita akan memberi banyak nasihat yang membingungkan saat pembahasan soal seks tiba. Mulai dari yang berkata "Tunggu sampai Anda menemukan seseorang yang tepat," atau "Puaskan selagi kesempatan itu ada, sebelum saatnya untuk settling down itu tiba," hingga "Jangan pernah membeli jika belum pernah mencoba". Hal ini dapat sangat membingungkan bagi seseorang yang ingin memutuskan apakah mereka harus memenuhi kebutuhan seksualnya atau untuk melihat seks sebagai suatu hal yang spesial. Sebelum kita masuk ke dalam seluk-beluk dan kebenaran tentang seks, mari pertama kita telaah apakah sebenarnya seks itu.
Seks adalah naluri seorang manusia normal. Hal ini merupakan kontak fisik yang intim antara dua individu yang melibatkan stimulasi. Seks adalah cara pasangan suami dan istri untuk menikmati satu sama lain, untuk saling terhubung satu dengan yang lain dan mungkin untuk menghasilkan keturunan. Namun, nilai-nilai, dan opini tentang seks biasanya dipengaruhi oleh informasi yang didapatkan dari media atau dari lingkungan sekitar yang kita percaya (seperti orang tua, guru, teman) atau dari pengalaman kita sendiri. Karena itulah, kita semua memiliki pandangan yang bervariasi akan seks dan bagaimana kita menginginkan seks dalam hidup kita. Jadi, apakah kesepakatan terbesar tentang seks? Mengapa menjadi penting tentang bagaimana kita melibatkan diri kita sendiri ketika saatnya tiba? Setelah semua persepsi, tampaknya bahwa semua sudah sangat mengerti. Ketika kita menyalakan televisi, masuk ke Internet, atau menonton film, seolah pesan dari sebuah seks hanyalah merupakan fungsi dasar tubuh sebagai pemuas rasa, dahaga, dan keingingan.
Tapi apakah hal tersebut benar-benar terjadi? Ataukah sebutan sebuah 'casual sex' sebenarnya memiliki pengaruh negatif pada jiwa dan masyarakat kita? Tentu, ide "Puaskan dengan 12 orang sebelum menikah" mungkin berhasil untuk beberapa orang, namun keadaan yang sebenarnya banyak terjadi adalah bahwa sebagian besar sangat terpengaruh oleh apa yang disebut dengan casual sex dibanding dari apa yang mereka sadari.
Lebih seringnya, dampak dari "casual sex" tersebut layaknya tidak seperti yang kita bayangkan. Ketika kita mencapai "orgasme", otak akan merasakan sensasi kenikmatan yang luar biasa dan secara tidak langsung akan mengeluarkan "hormon perasa" sekaligus "hormon ikatan" saat kita melakukan sesuatu yang menarik. Ketika melakukannya, kita menginginkan rasa lebih dari itu. Tentu saja, hal ini terdengar luar biasa. Namun, tentunya harus ada beberapa risiko yang harus ditanggung. Seks sebelum menikah akan membingungkan tubuh dan jiwa kita. Ini akan mencegah kita dari membuat evaluasi yang tepat tentang pasangan kita sebelum menikah. Anda akan menikah untuk alasan yang salah - bukan karena kualitas yang luar biasa, bukan karena Anda berbagi visi yang sama untuk hidup, tapi hanya untuk seks. Hal tersebut tidak akan menjadi sesuatu yang dapat Anda bangun dalam sebuah pernikahan.
Seks pra-nikah juga akan membingungkan semangat dalam diri Anda. Di satu sisi, kita tahu bahwa kita tidak seharusnya melakukan itu. Di sisi lain, hal tersebut terasa begitu baik. Anda mungkin menemukan diri bahwa Anda merasa bersalah dan malu. Tapi seks sebenarnya tidak seharusnya membuat Anda merasa seperti itu, karena ketika seks dilakukan dengan benar dan dilakukan dalam sebuah aturan pernikahan yang sah, hal tersebut akan menjadi sesuatu yang indah. Seks adalah sebuah ikatan dengan pasangan Anda. Namun, bila Anda melakukan hubungan seks, di luar pernikahan, bahkan dengan banyak pasangan, Anda akan kehilangan rasa kekakuan dan membuat diri Anda sendiri terjebak banyak hal. Ini akan menjadi masalah ketika Anda menikah nanti karena Anda tidak akan dapat setia pada pasangan Anda. Di sisi lain, ketika Anda mau menunggu, Anda akan membuktikan komitmen Anda untuk pasangan di masa depan. Ketika Anda berkomitmen, Anda akan menyimpan yang terbaik untuk pasangan Anda dalam pernikahan. Kita semua adalah makhluk yang membutuhkan seksual. Ya itu benar. Dan memiliki dorongan seksual adalah hal yang sangat alami, tetapi itu bukan berarti bahwa kita perlu memenuhi kebutuhan tersebut setiap kali rasa itu datang. Jangan sampai penilaian Anda tentang seks dapat membuat diri Anda tertipu ataupun bersikap tidak peduli. Sebaliknya, percayalah bahwa ketika keinginan memiliki hubungan seks itu tiba, cinta sejati Anda akan menunggu dengan setia.