Pandemi COVID-19 mungkin menjadi kesempatan bagi pasangan suami-istri untuk meluangkan waktu bersama di rumah karena Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Lalu, bagaimana jika pasangan Anda adalah seorang yang bertugas sebagai tenaga medis atau keduanya sama-sama bertugas di tengah kondisi pandemi ini?
Lima pasangan suami-istri ini membagikan kisah dan pelajaran yang didapat dalam menghadapi pandemi COVID-19 ketika salah satu dari mereka atau bahkan keduanya harus menjalani tugas sebagai tenaga medis. Mari kita simak kisahnya dalam melewati masa yang mengkhawatirkan ini, serta bagaimana mereka saling mendukung satu sama lain.
dr. Rayhan Maditra & Isyana Sarasvati
dr. Rayhan Maditra sedang menjalankan program internsip dokter di salah satu rumah sakit di Tangerang.
Ketika Coronavirus semakin mewabah di Indonesia, bagaimana perubahan penugasan Anda yang berprofesi sebagai tenaga medis?
Saat COVID-19 mulai menyebar ke Indonesia, saya masih bertugas sebagai internsip dokter di IGD di salah satu rumah sakit di Tangerang. Setelah rumah sakit tersebut ditetapkan sebagai salah satu rumah sakit rujukan COVID-19, tugas saya dipindahkan ke ruang perawatan. Meskipun tidak menangani pasien secara langsung, namun tetap diperlukan untuk mengenakan APD level 2 karena masih sering berinteraksi dengan keluarga pasien.
Bagaimana hal tersebut mengubah interaksi Anda dengan istri Anda, Isyana di rumah? Apakah ada protokol khusus untuk kalian sebelum bertemu?
Tentunya ada banyak rutinitas baru yang kami terapkan semenjak pandemi ini. Walaupun kami tetap tinggal serumah, saya selalu membiasakan diri untuk mandi di rumah sakit setelah selesai bertugas dan mandi sekali lagi begitu sampai rumah. Kiriman paket pun juga harus diambil menggunakan sarung tangan dan disemprot terlebih dahulu dengan disinfektan.
Bagaimana cara kalian saling menguatkan dan mendukung?
Kami berusaha untuk tetap berpikiran positif, fokus pada pekerjaan kami, dan hal lain yang bisa kami lakukan di era pandemi ini.
Bagaimana Anda menangani rasa khawatir istri Anda terhadap kesehatan dan keselamatan Anda selama bertugas?
Saya selalu mengusahakan untuk memberi kabar kepada istri di waktu luang saat bekerja agar dia tetap tenang.
Apa dampak positif yang terjadi pada hubungan kalian sebagai suami-istri karena kondisi ini?
Kami jadi memiliki lebih banyak waktu bersama yang kami gunakan untuk quality time, seperti bermusik, bermain game, dan masak bersama.
dr. Jaka Pradipta Sp.P & dr. Ariana Suryadewi Soejanto, M.Biomed
dr. Jaka Pradipta Sp.P adalah dokter spesialis paru RS Kanker Dharmais Jakarta dan RS Siloam. Ketika wabah COVID-19 masuk ke Indonesia, ia ditugaskan di Rumah Sakit Darurat COVID-19, Wisma Atlet. dr. Ariana Suryadewi Soejanto, M.Biomed meliburkan prakteknya di klinik kecantikan pribadinya, The Aesthetics di Jakarta.
Ketika Coronavirus semakin mewabah di Indonesia, bagaimana perubahan penugasan kalian yang sebagai tenaga medis?
Istri tetap mengatur usaha klinik kecantikan saja, tetapi tidak praktek. Berbeda dengan saya, saya semakin aktif di lapangan karena saya dokter spesialis paru, jadi setiap hari saya bertugas.
Bagaimana hal tersebut mengubah interaksi kalian di rumah? Apakah ada protokol khusus untuk kalian sebelum bertemu?
Tentunya sebelum keluar rumah mandi terlebih dahulu. Kemudian ketika keluar dari rumah sakit di mana saya harus memakai baju hazmat untuk praktek menangani COVID-19, saya selalu mandi dahulu di rumah sakit, tapi setelah pulang saya mandi lagi. Jadi, mandinya dua kali, di rumah sakit dan di rumah. Kebetulan rumah kami ada kamar mandi di bagian luar, lengkap dengan handuk dan pakaian bersih yang sudah disiapkan. Ada juga area untuk membersihkan alat-alat terlebih dahulu, seperti dompet, telepon genggam, kunci mobil, dan pulpen untuk disemprot desinfektan, setelah itu saya baru mandi kembali. Setelah bersih, saya baru masuk ke rumah.
Bagaimana cara kalian saling menguatkan dan mendukung?
Kami selalu berkomunikasi, bercerita tentang keadaan di lapangan dan di masyarakat, bagaimana perkembangan keadaan terakhir pasien-pasien. Kami selalu berdoa agar semua ini cepat selesai, khususnya untuk bisnis istri yang lumayan terkena imbas yang luar biasa karena pandemi ini yang membuat klinik tutup selama dua bulan.
Bagaimana Anda menangani rasa khawatir istri Anda terhadap kesehatan dan keselamatan Anda selama bertugas?
Kami selalu saling mengingatkan tentang protokol dalam beraktivitas selama pandemi, seperti cuci tangan, pakai masker yang benar, dan jaga jarak. Semuanya adalah wajib, begitu pula di rumah sakit, seperti menggunakan face shield, masker, dan APD lengkap. Istri saya selalu mencoba untuk membeli barang-barang APD untuk kebutuhan saya untuk jaga-jaga jika rumah sakit sampai kekurangan APD berkualitas baik atau kehabisan. Saya sendiri pun selalu menyiapkan APD dan membantu orang-orang yang membutuhkan APD. Untuk memenuhi kebutuhan APD tidak bisa pasif, kita harus aktif terutama dalam mencari APD yang berkualitas baik.
Apa dampak positif yang terjadi pada hubungan kalian sebagai suami-istri karena kondisi ini?
Kami jadi lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, quality time, dan saling mendukung. Dalam keadaan seperti ini, kami sama-sama berada di posisi yang sulit, dan yang susah pun tidak hanya satu keluarga ini, tetapi seluruh orang di dunia. Keadaan yang sulit seperti ini justru membuat hubungan kami semakin kuat dan kompak.
drg. Alysia Henrietta & dr. Aryan Yohanes, SpPd
Saat ini, drg. Alysia Henrietta meliburkan praktiknya karena kondisi pandemi. dr. Aryan Yohanes, SpPd bertugas di RS Fatmawati dan RS Harapan Bunda.
Ketika Coronavirus semakin mewabah di Indonesia, bagaimana perubahan penugasan kalian yang berprofesi sebagai tenaga medis?
Suami saya bertugas di dua rumah sakit. Beberapa penugasan banyak yang berubah untuk menyesuaikan dengan kebutuhan perawatan pasien COVID-19. Di RS Fatmawati sendiri untuk pelayanan pasien COVID-19, ada tim sendiri yang mencakup kunjungan dan konsultasi pasien COVID-19 di luar tugas hariannya. Sementara itu, di RS. Harapan Bunda tetap berjalan seperti biasa, namun jadwal poli sore dikurangi.
Bagaimana hal tersebut mengubah interaksi kalian di rumah? Apakah ada protokol khusus untuk kalian sebelum bertemu?
Sejauh ini kami masih tinggal bersama. Selain menjalankan protokol rumah sakit, sebelum pulang dari rumah sakit ke rumah, suami selalu mandi terlebih dahulu di rumah sakit, lalu sampai ke rumah ia mandi lagi dan nasal clean, lalu semua baju kotor, tas, sepatu dibungkus di tempat tertutup. Kami juga cek suhu tubuh setiap pagi dan selama di rumah, kami menggunakan masker kain.
Bagaimana cara kalian saling menguatkan dan mendukung?
Saya mendukung suami dengan tetap di rumah saja sesuai dengan permintaannya. Dia juga minta supaya barang-barang yang sering disentuh, seperti gagang pintu, meja, dan saklar, selalu dibersihkan secara berkala. Karena dia tidak bisa work from home dan dia selalu menyarankan supaya saya selalu berada di rumah, jadi semua keperluan rumah tangga yang butuh keluar rumah, dia yang tangani. Di lain pihak, saya memastikan kalau dia makan dan tidur yang cukup, dan saya pun selalu menjaga kebersihan rumah.
Bagaimana Anda menangani rasa khawatir Anda terhadap kesehatan dan keselamatan suami selama bertugas?
Saya dan suami selalu berdoa bersama agar diberikan kesehatan dan keselamatan di tengah pandemi ini.
Apa dampak positif yang terjadi pada hubungan kalian sebagai suami-istri karena kondisi ini?
Setelah ini semua berlalu, kami harus lebih banyak lagi family time. Terlalu sibuk dengan pekerjaan sepertinya kurang baik untuk kesehatan fisik dan mental.
dr. Vania Hidajat, Sp.N & dr. Christian Ariono, Sp.BS
dr. Vania Hidajat, Sp.N adalah dokter spesialis saraf di RS Pondok Indah. dr. Christian Ariono, Sp.BS baru saja mendapatkan gelar spesialis bedah saraf di bulan Februari 2020.
Ketika Coronavirus semakin mewabah di Indonesia, bagaimana perubahan penugasan kalian berdua?
Suami saya baru lulus spesialis bedah saraf. Namun, kondisi pandemi membuat pihak rumah sakit membatasi operasi elektif dan tidak mempekerjakan dokter baru, jadi masih belum mulai bekerja. Saya pun sebagai istri jadi tidak praktek poli, hanya mengunjungi pasien di ruangan.
Bagaimana hal tersebut mengubah interaksi Anda dan keluarga di rumah? Apakah ada protokol khusus untuk kalian sebelum bertemu?
Saya harus mandi setelah pulang dari rumah sakit. Tidak ada protokol khusus, tetapi kalau mengunjungi pasien dengan status positif COVID-19, harus mandi di rumah sakit sebelum pulang. Kami sempat akan tinggal terpisah ketika ada pasien yg berubah status menjadi PDP, namun kembali tinggal bersama ketika hasil swab test negatif.
Bagaimana cara kalian saling menguatkan dan mendukung?
Kami meluangkan waktu untuk membicarakan rencana-rencana yang tertunda karena COVID-19, seperti membeli rumah dan mempunyai anak. Kami juga tetap mendukung hobi masing-masing.
Bagaimana kalian menangani rasa khawatir terhadap kesehatan dan keselamatan masing-masing selama bertugas?
Kami selalu saling mengingatkan untuk cuci tangan, mandi, dan minum vitamin.
Apa dampak positif yang terjadi pada hubungan kalian sebagai suami-istri karena kondisi ini?
Dampak positif untuk kami adalah jadi lebih banyak mempunyai waktu luang bersama.
Melissa Busser & dr. Frankie Mandolang
dr. Frankie Mandolang adalah dokter umum di Puskesmas Rancaekek.
Ketika Coronavirus semakin mewabah di Indonesia, bagaimana perubahan penugasan suami Anda yang berprofesi sebagai tenaga medis?
Tidak ada perubahan signifikan. Suami saya sebagai seorang dokter umum yang awalnya berpraktik di RSUD Cicalengka, kemudian kini ditugaskan di Puskesmas dengan jadwal jam kerja yang wajar.
Bagaimana hal tersebut mengubah interaksi Anda dengan suami di rumah? Apakah ada protokol khusus untuk kalian sebelum bertemu?
Puskesmas tidak menerima pasien dengan gejala COVID-19. Namun, suami saya tetap diwajibkan menggunakan APD selama bertugas. Sesampainya di rumah, ia tetap menjalankan tata cara kebersihan, yaitu menaruh barang-barang dari luar rumah di tempat yg sudah ditentukan, langsung cuci tangan, mandi, dan mengganti semua pakaian.
Bagaimana cara kalian saling menguatkan dan mendukung?
Kami selalu berdoa bersama agar selalu diberi kesehatan.
Bagaimana Anda menangani rasa khawatir Anda terhadap kesehatan dan keselamatan suami selama bertugas?
Saya selalu berusaha memenuhi kebutuhan gizi suami dengan menyediakan makanan dan minuman sehat, mengingatkan untuk selalu menjaga kesehatan, dan sekali lagi terus berdoa.
Apa dampak positif yang terjadi pada hubungan kalian sebagai suami-istri karena kondisi ini?
Kami jadi memiliki lebih banyak waktu bersama.
Beragam kisah pasangan suami-istri tenaga medis COVID-19 di atas memberikan kita pelajaran cinta yang luar biasa, yaitu bagaimana untuk saling menguatkan satu sama lain, berdoa, menjaga kesehatan bersama, dan dapat melihat sisi positif dari pandemi ini, yaitu memiliki lebih banyak lagi waktu luang bersama pasangan.
Simak juga cerita pasangan yang menikah di tengah pandemi COVID-19 di halaman berikut!