Blog / Relationship Tips / Andien & Ippe: Membentuk Pernikahan Sehidup Sesurga

Andien & Ippe: Membentuk Pernikahan Sehidup Sesurga

Warna:
Tambahkan ke Board
andien-and-ippe-membentuk-pernikahan-sehidup-sesurga-1

Photography: JAYSU Weddings by Jacky Suharto

Ketika membicarakan pernikahan dari sudut pandang agama, adalah tentang menjalin hubungan sebagai suami-istri yang bahagia di dunia tapi juga mendatangkan berkah hingga ke surga. Bagaimanakah mewujudkan pernikahan yang ideal ini dengan latar belakang dua insan yang berbeda? Hal inilah yang ditanyakan penyanyi Andien Aisyah dan suaminya, Ippe kepada Ulama Quraish Shihab pada acara Shihab N Shihab yang tayang di YouTube Najwa Shihab.

Pada tahun ini pernikahan Andien dan Ippe memasuki yang ketujuh tahun. Keduanya mengakui ada banyak penyesuaian yang tetap dilakukan karena tidak bisa dipungkiri latar belakang keduanya yang cukup berbeda. "Pernikahan tidak hanya menyatukan dua kepala. Karena kepala ini isinya adalah perjalanan selama sekian puluh tahun yang sudah memengaruhinya, mulai dari pola asuh, trauma, pengalaman dan hal lainnya yang membentuk kita di hari ini," ucap Andien yang ikut diamini oleh Ippe.

Penyesuaian dan Kehangatan Cinta adalah Perjalanan Menuju Pernikahan Sehidup Sesurga

Menanggapi hal tersebut, Quraish Shihab menyebutkan bahwa dalam pernikahan penyesuaian adalah hal yang harus diperjuangkan. Ulama yang mendapatkan gelar doktoralnya di Studi Tafsir Al Quran, Universitas Al Azhar, Mesir, ini kemudian menyebutkan biasanya memang pada tahap perkenalan sebelum menikah masing-masing pihak menyembunyikan identitas dirinya. Baru setelah berlangsung pernikahan, sedikit demi sedikit mulai muncul sifat aslinya yang sering kali tidak terduga dan terbayangkan. "Ini masa yang paling krusial dan di sinilah perlunya komunikasi. Di sinilah perlunya mengalah. Tetapi harus dua-duanya bisa mengalah supaya terjadi persesuaian."

Fase awal pernikahan bisa jadi masa yang sulit dalam hal penyesuaian. Karena ketika masa pacaran atau perkenalan, kita sering kali menganggap pasangan sempurna atau bahkan mentoleransi kesalahan yang dilakukan pasangan ketika itu. "Biasanya semua dianggap sempurna saat sebelum menikah."

Tapi dengan komunikasi dan kesadaran untuk sama-sama mengalah, maka fase penyesuaian bisa terwujud. Setelah fase penyesuaian maka masuklah dalam fase penghangatan hubungan. "Sudah sesuai, perlu dihangatkan. Baru setelah itu lahirlah apa yang diistilahkan dengan mawaddah." Adapun mawaddah, sambung Shihab, adalah cinta yang menjadikan kita tidak lagi melihat kekurangan pasangan.

Untuk sampai pada mawaddah, indikatornya bukan pada berapa lama pernikahan sudah berlangsung. "Ada orang yang sudah 30 tahun menikah belum sampai karena masih terus cekcok. Belum sampai pada tingkat mawaddah."

Mawaddah adalah Pernikahan yang Sebenarnya Sehidup

Ketika pernikahan sudah pada tingkat mawaddah maka inilah yang dinamakan pernikahan yang sehidup. "Sehidup itu ditandai tiga hal, yaitu tahu, gerak dan rasa." Shihab pun menjabarkannya lebih detail. Apa yang Anda rasakan harus dirasakan oleh pasangan. Apa yang Anda tahu, jangan disembunyikan pada pasangan. Dan gerakan kehidupan harus searah. "Itu baru namanya sehidup."

Secara gamblang, Shihab kemudian mencontohkan tanda hubungan pernikahan satu rasa. "Jangan sekali-kali menampakkan kesedihan pada saat pasanganmu senang. Jangan juga nampakkan kesenangan pada saat pasanganmu gundah. Karena itu berarti Anda tidak sehidup dengan dia karena tidak serasa." Ini mengapa dalam agama pernikahan dinamai nikah. Nikah itu, sambung Shihab, adalah menyatukan. "Menyatukan langkah, pikiran, dan perasaan."

Selain mendefinisikan pernikahan sebagai menyatukan, agama juga mendefinisikannya sebagai zawat yang artinya berpasangan. Adapun berpasangan bukan berarti harus sama persis. "Contohnya alas kaki saya, berpasangan tapi bentuk yang kiri dan yang kanan berbeda. Artinya jangan paksakan pasangan Anda persis sama dengan Anda. Ini tidak akan berhasil. Yang harus dilakukan adalah kita arahkan agar perbedaan itu bertemu ditengah. Ini baru namanya sehidup," jelas Shihab antusias.

Mengelola perbedaan inilah yang merupakan elemen satu gerak dalam pernikahan yang sehidup. Adapun kunci dari mengelola perbedaan Anda dengan suami adalah pengertian. "Saya misalnya, senangnya membaca, menulis dan tidak teratur sedangkan ibu senangnya keteraturan. Karena memang sudah tabiatnya seperti itu, maka ditoleransi ketika tidak teratur sedikit. Walaupun tidak senang di hati tapi ditoleransi. Karena kebiasaan kita berbeda, latar belakang kita berbeda dan perbedaan inilah yang dikelola supaya memiliki pernikahan yang sehidup."

Inilah Syarat Utama Pernikahan Sehidup Sesurga

"Sehidup inilah yang harus diusahakan, dan apakah ini nanti yang akan meng-lead ke surganya?" tanya Andien antusias.

Shihab pun jawab bahwa pernikahan sesurga itu ada syaratnya. Syarat pertamanya adalah harus seiman. Mengapa seiman? "Karena yang paling mengukuhkan seseorang dalam kehidupannya di dunia dan akhirat adalah imannya. Kalau iman kita berbeda bagaimana bisa menyatu? Dan iman inilah dalam pandangan agama adalah yang paling utama."

Lalu syarat kedua, sambung Shihab, adalah cinta. Kalaupun seiman tapi kalau tidak cinta, tidak bisa. "Seseorang akan berada di akhirat dengan siapa yang dicintainya. Dan ini yang dijanjikan Allah. Orang-orang yang beriman akan diikuti keluarganya, jadi bukan hanya istri tapi juga anak dan cucunya," papar Shihab.

Itulah mengapa dalam agama, pernikahan adalah menyempurnakan agama. Bahkan dalam agama Islam, ada hadits yang menyebutkan kalau setan paling senang menghancurkan pernikahan. Prestasi terbesar setan itu adalah ketika berhasil menghancurkan pernikahan. Mengapa? "Karena agama merestui hubungan yang harmonis dengan semua pihak, termasuk dengan suami-istri. Dan percekcokan suami-istri bisa berdampak pada anak-anak dan lingkungannya," jelas Shihab dengan tegas.

Vendor yang mungkin anda suka

Instagram Bridestory

Ikuti akun Instagram @thebridestory untuk beragam inspirasi pernikahan

Kunjungi Sekarang
Kunjungi Sekarang