Photography: Axioo
Photography: Axioo
Photography: Axioo
Photography: Axioo
Photography: Axioo
Photography: Axioo
Photography: Axioo
Photography: Axioo
Photography: Axioo
Photography: Axioo
Photography: Axioo
Photography: Axioo
Photography: Axioo
Photography: Axioo
Photography: Axioo
Photography: Axioo
Photography: Axioo
Photography: Axioo
Photography: Axioo
Photography: Axioo
Photography: Axioo
Photography: Axioo
Photography: Axioo
Photography: Axioo
Photography: Axioo
Photography: Axioo
Photography: Axioo
Photography: Axioo
Photography: Axioo
Photography: Axioo
Photography: Axioo
Photography: Axioo
Photography: Axioo
Photography: Axioo
Sejak awal, Felicia dan Nico sudah memiliki konsep perhelatan impian: sebuah pernikahan outdoor yang penuh kehangatan. Mereka pun mulai mencari lokasi yang tepat, dan bahkan hampir memesan sebuah venue di luar kota. "Tiba-tiba, seorang anggota keluarga mengajukan keberatan dan keluarga yang lain pun merasakan hal yang sama. Dalam kurun waktu satu bulan, saya dan Nico merasakan berbagai harapan kami runtuh begitu saja," cerita Felicia.
Pada akhirnya, Felicia dan Nico sepakat untuk memilih solusi yang adil bagi mereka dan orang tua mereka. Selain memiliki lokasi yang strategis, Damai Indah Golf juga menawarkan keindahan alam yang selama ini mereka dambakan. "Saya langsung terpana setelah melihat danau di lokasi tersebut dan mulai membayangkan mengucap janji nikah di depannya," jelasnya. Akhirnya, venue pernikahan impian dapat mereka temukan. Namun, tantangan terbesar ternyata datang setelah itu.
Hujan turun secara terus-menerus beberapa minggu sebelum hari H, sehingga pasangan ini mulai berpikir untuk menyewa tenda. "Saya terkejut ketika melihat harganya. 'Dana yang sangat besar ini dapat digunakan untuk masa depan kami berdua. Bagaimana jika nantinya tidak hujan? Akankah semuanya sepadan?' pikir saya dalam hati," kata Felicia. Setelah beberapa kali berdiskusi, mereka berdua pun memilih untuk tidak menggunakan tenda.
Di hari pernikahan, Felicia dan Nico menikmati cuaca cerah dengan sinar matahari terang dari pagi hingga siang hari. "Setelah acara tea pai, langit mulai terlihat gelap dan apa yang paling kami takutkan akhirnya terjadi. Hujan pun turun," tutur Felicia. Hujan berlangsung selama beberapa jam, bahkan gladi resik upacara pernikahan harus dilaksanakan pada saat gerimis. "Kami memulai upacara pernikahan agak terlambat, sekitar pukul 16.30. Tetapi, hujan itu berhenti tepat sebelum kami memasuki area upacara," ujar Felicia.
Menariknya, pasangan ini hampir mengadakan upacara sejam lebih awal. "Tadinya, upacara memang akan diadakan pada pukul 4 sore, tapi karena keterbatasan waktu, kami ingin mengganti jadwal menjadi pukul 3 sore. Tapi, saya lupa merevisi undangan saya," kenang Felicia. Saat itu, undangan sudah terlanjur disebar dan Nico pun meyakinkan Felicia untuk kembali ke rencana awal. Beruntungnya, keadaan itu justru berujung pada hasil yang lebih baik. "Apabila tidak ada kesalahan pada undangan, para tamu pasti akan hadir pada pukul 3 sore saat hujan masih turun dengan deras," ujar Felicia.