Ketika pertama kali Bianca berkenalan dengan Shaun, ia tidak pernah membayangkannya sebagai seseorang yang akan menjadi suaminya kelak. Pasalnya, saat itu mereka masih sangat muda, ditambah mereka berdomisili di dua negara yang berbeda. Alhasil, mereka harus menjalani hubungan jarak jauh selama empat tahun. Namun, mereka tidak merasa tertekan, dan selalu menikmati kehadiran satu sama lain. Seiring waktu pun keduanya mulai merasa lebih dekat, hingga akhirnya memutuskan untuk menikah.
Keduanya sama-sama menginginkan pernikahan di daerah tropis. Untungnya, ayah Shaun memiliki vila di Phuket dan mengenal daerahnya dengan baik. Tantangan yang harus dihadapi pasangan ini adalah berurusan dengan banyaknya vendor pernikahan di luar Jakarta. Walau sudah sempat berkunjung ke Phuket enam bulan sebelum hari pernikahan, Bianca yang bekerja penuh waktu ini tetap merasa kewalahan. "Tapi, saya berusaha memercayai orang-orang dari industri kreatif bahwa pilihan dan saran mereka pasti yang terbaik juga," tutur Bianca.
Dengan jumlah tamu yang hanya 150 kepala, perayaan pernikahan ini menjadi liburan untuk semua yang diundang. The Nai Harn menjadi lokasi pilihan Bianca karena memiliki banyak area yang menghadap ke laut di pesisir Pantai Nai Harn. Acara pemberkatan diadakan di rooftop bar, sedangkan acara resepsi diadakan di restoran hotel. Untuk warna-warna di hari spesialnya, Bianca memilih warna putih karena ia menyukai atmosfer yang bersih.
Calon mempelai yang anggun ini menjelaskan kalau ia turut senang mendengar tamu-tamu yang diundang menantikan pernikahannya. "Saya senang menjadi tuan rumah dan dikelilingi orang-orang tercinta," kenang Bianca. "Kami ingin membuat pengalaman yang menyenangkan tidak hanya untuk diri kami sendiri, tapi juga para tamu."