Photography: Photography: Priscilla Du Preez
Memiliki pasangan yang cemburuan karena posesif mungkin terkesan romantis. Tapi jika posesifnya pasangan menjadi berlebihan, maka ini pertanda bahaya atau red flag, karena hubungan yang terjalin jadi didominasi oleh satu pihak dan bisa berujung pada hubungan yang tidak sehat atau toxic.
Mampu mengatasi rasa cemburu dengan baik akan membentuk kepercayaan dalam hubungan.
Mengapa cemburu dan posesif bertalian? Secara psikologis, perasaan posesif diawali dengan cemburu karena merasa memiliki pasangan serta takut kehilangan. Ini adalah hal reaksi wajar atas rasa cinta terhadap pasangan. Cemburu menjadi tidak wajar ketika batas privasi pasangan "diterobos" yang kemudian memunculkan dorongan untuk mengontrol, mengatur dan menguasai pasangan. Inilah yang kemudian menjadi dasar dari posesif.
Sering kali posesif tidak disadari, karena Anda berpikir apa yang dilakukan pasangan adalah ekspresi cinta. Alhasil setiap kali pasangan memeriksa ponsel, menentukan dengan siapa Anda boleh pergi dan berbicara, membuat Anda merasa bersalah jika tidak pergi dengan pasangan, adalah reaksi cinta yang wajar. "Padahal sebenarnya, ini semua sudah tidak menghargai privasi serta independensi Anda sebagai individu. Ketika cemburu sudah berubah menjadi posesif maka hubungan yang dijalin akan menjadi destruktif dan ini sudah dibuktikan oleh beberapa studi," papar Lisa Firestone, PhD.
Firestone yang merupakan seorang Psikolog Klinis ini kemudian menjelaskan, ketika pasangan selalu menunjukkan "kekuasaannya" atas kita atau menjadi begitu mengendalikan jalannya hubungan maka ini akan menghilangkan keintiman dalam hubungan. "Keintiman menciptakan kehangatan dalam hubungan. Inilah energi yang membuat Anda dan pasangan saling percaya," imbuhnya. Jika ini sudah hilang karena ada salah satu pihak yang mendominasi pihak yang lain maka dapat dipastikan hubungan tidak akan memberikan ruang bagi Anda untuk bertumbuh.
5 Cara Jitu Hadapi Pasangan yang Posesif
Lantas, apa yang harus dilakukan untuk menghadapi pasangan yang posesif? Ini 5 cara jitunya:
- Bicarakan secara Terbuka dengan Pasangan
Ketika pasangan terlalu mengendalikan dengan siapa Anda boleh berbicara dan bertemu, atau melanggar privasi Anda, ini adalah red flag. Sampaikan ketidaknyamanan Anda secara terbuka. Hal yang penting juga Anda pahami adalah seseorang seringkali menjadi posesif karena dia memiliki trauma masa lalu yang didasari masalah insecurity. Inilah yang kemudian bisa dengan mudah memantik keinginan pasangan untuk mengendalikan Anda. Dengan membicarakan ini secara terbuka maka Anda dan pasangan bisa sama-sama memetakan sumber masalah serta menemukan strategi untuk menghadapinya. - Ajak Pasangan untuk Bisa Menghadapi Rasa Insecurity dengan Baik
Orang sering kali tidak menyadari kalau insecurity sering kali menimbulkan reaksi kepanikan. Ketika kita sedang panik insting untuk menyelamatkan diri adalah dengan mengendalikan lingkungan atau orang lain yang dipersepsi sebagai "sumber masalah". Karena itu setelah bicara terbuka dengan pasangan, yakinkan pasangan hal pertama yang harus dikendalikan ketika dorongan untuk menjadi posesif muncul adalah menenangkan pikiran dan emosinya. Langkah awalnya bisa dengan teknik pernapasan. Tarik napas dalam-dalam lalu secara perlahan menghembuskannya melalui mulut. Selain memberikan efek tenang, ini juga akan memberikan rasa percaya diri pada pasangan bahwa dia bisa mengendalikan kekhawatirannya sendiri. - Jalani Hubungan dengan Jujur
Adapun hal yang dapat Anda lakukan untuk mendukung pasangan yang sedang mencoba untuk tidak menjadi posesif adalah dengan menjalani hubungan dengan jujur. Serta ekspresikan rasa cinta Anda kepada pasangan, baik secara verbal maupun non verbal. Dengan begini pasangan yakin, bahwa Anda memberikan komitmen yang terbaik atas hubungan yang sedang dijalani. - Bertindak Tegas Ketika Pasangan Menginvasi Ranah Personal Anda
Anda memang mendukung pasangan untuk terbebas dari perasaan insecure-nya, tapi bukan berarti tidak dapat bertindak tegas ketika dia tetap menginvasi ranah personal. Tetap sampaikan dengan tegas bahwa Anda butuh batasan personal yang harus dihargai. Bicara dengan berbeda dengan emosional. Jadi tidak perlu saling marah-marah ketika membicarakannya, yang terutama adalah membuat pasangan mengerti keberatan Anda ketika ranah personal diterabas. Apresiasi pasangan jika dia bisa memahami hal ini. Karena hubungan yang dewasa sebenarnya adalah hubungan yang dilandaskan pada kepercayaan bukan pada mengendalikan privasi pasangan. - Jangan Ragu Minta Masukan dari Ahli untuk Menemukan Solusi Terbaik
Jika Anda dan pasangan sudah berusaha untuk menyelesaikannya berdua tapi masih belum memberikan hasil yang optimal, maka jangan malu untuk berkonsultasi dengan ahli seperti psikolog keluarga. Pada tahap tertentu, melibatkan pihak ketiga yang lebih profesional dapat membantu Anda dan pasangan dalam menemukan solusi yang objektif. Demi mewujudkan hubungan yang sehat dan memberi ruang untuk sama-sama bertumbuh.