Photography: Instagram @pricilliaeka
Pandemi Covid-19 membuat banyak orang semakin menikmati konsep intimate wedding atau resepsi pernikahan yang digelar dengan jumlah tamu undangan yang terbatas. Semakin hari konsep pernikahan ini dibikin semakin personal. Bahkan belakangan para calon pengantin membuat intimate wedding semakin bermakna dengan mengusung tema pernikahan yang ramah lingkungan atau zero waste wedding.
Apakah itu zero waste wedding? Ini adalah konsep resepsi pernikahan yang meminimalisir produksi limbah pada perhelatan yang identik dengan kemewahan ini. Karena produksi limbah menjadi fokus utama maka segala elemen pendukung resepsi pernikahan harus merujuk pada tidak menghasilkan sampah dalam bentuk apapun dalam jumlah yang besar. "Kami pernah melakukan research, bahwa ternyata secara rata-rata acara pernikahan bisa menghasilkan 272 Kg sampah dan 63 Ton emisi karbon. Bayangkan saja dari satu perhelatan pernikahan bisa menghasilkan sampah sebanyak itu," jelas Anastasia A. Setiabudi, Chief Operating Officer Sukkha Citta.
Adapun Sukkha Citta sudah sejak 2019 membantu para calon pengantin untuk membuat baju pernikahan yang ramah lingkungan yang ketika sudah mencapai batas akhir pemakaiannya bisa bisa terurai sempurna. Dan belakangan permintaan zero waste wedding pun tidak sekadar pada pakaian untuk pengantin tapi juga undangan serta suvenir. "Membantu para calon pengantin untuk mewujudkan zero waste atau less wedding sebenarnya menjadi cara untuk sharing value kepada banyak orang akan pentingnya menjaga lingkungan dalam setiap aspek kehidupan kita."
Atas dasar sharing value atau berbagi semangat melindungi lingkungan inilah, Anastasia kemudian dengan antusias berbagi Tips Membuat Zero Waste Wedding kepada Bridestory:
- Tentukan Skala Resepsi Pernikahan
Karena fokusnya adalah meminimalisir produksi sampah, maka skala resepsi pernikahan menjadi sangat penting. Tentukan berapa banyak tamu undangan yang hadir dalam resepsi pernikahan, semakin banyak tamunya maka skala produksi sampahnya semakin besar. Setelah menentukan skalanya, Anastasia menyarankan untuk memulai persiapan dengan membuat daftar tamu undangan. "Diskusikan bersama keluarga akan konsep yang Anda dan pasangan inginkan adalah hanya menghadirkan orang-orang yang esensial saja," ucap Anastasia. - Gunakan Undangan Elektronik
Saat ini undangan pernikahan sudah sangat lumrah untuk disebarkan secara elektronik melalui email atau Whatsapp. "Malah sekarang ada juga calon pengantin yang mengumumkan hari pernikahan mereka pada website khusus. Ini bisa jadi salah satu opsi." Jika tetap dirasa perlu membuat undangan dalam bentuk fisik, Anastasia menyarankan untuk menggunakan kertas daur ulang dan tanpa dilapisi plastik. "Proses laminating ini akan membuatnya jadi limbah yang sulit terurai." - Pilihlah Tempat Resepsi Pernikahan yang Minim Dekorasi
Salah satu sampah yang banyak dihasilkan dari perhelatan resepsi pernikahan adalah dekorasi. Menggunakan bunga-bunga yang didatangkan dari luar kota atau bahkan luar negeri menurut Anastasia tidak hanya menambah jumlah limbah setelah acara tapi juga berkontribusi pada tingginya emisi karbon. "Jadi lebih baik pilih venue yang tidak perlu dekorasi yang banyak atau pilih venue yang dekorasinya bisa dipakai ulang. Jika ingin menggunakan bunga hidup, pilihlah bunga lokal yang sedang bersemi saat itu." Adapun contoh tempat yang tetap terasa romantis tapi minim dekorasi menurut Anastasia adalah pantai atau taman. - Pilih Katering yang Sejalan dengan Konsep Zero Waste Wedding
Selain limbah dekorasi, limbah yang juga paling banyak dihasilkan selesai perhelatan resepsi pernikahan adalah makanan. Untuk itu Anastasia menyarankan agar memilih vendor catering yang punya fasilitas mengompos limbah makanannya. "Atau yang melibatkan pihak ketiga untuk mendonasikan makanan yang masih layak dikonsumsi." Selain itu calon pengantin sangat penting untuk membuat konfirmasi kehadiran sehingga makanan yang disajikan tidak sisa berlebihan. - Suvenir yang Edible atau Benih Tanaman
Biasanya suvenir yang diberikan kepada tamu undangan adalah benda yang bisa dipajang. Tapi pada konsep zero waste wedding, Anastasia menyarankan untuk memilih suvenir yang bisa dimakan. "Atau, kalau mau yang agak berbeda, bisa suvenirnya dalam bentuk donasi. Misalnya sebagai tanda terima kasih atas kehadiran tamu undangan, pengantin akan menanam pohon di satu tempat. Bisa juga suvenirnya berupa benih tanaman sehingga tamu undangan ikut melakukan aksi nyata untuk melindungi bumi." - Tentukan Nuansa Warna sebagai Dress Code
Biasanya keluarga pengantin akan mengenakan 'seragam' tertentu untuk menandakan kalau mereka adalah pihak terdekat. Atau tidak jarang juga pengantin yang meminta para tamu undangannya mengenakan pakaian dengan tema yang sudah ditentukan. Ini akan menambah limbah pakaian. Cara menyiasatinya, menurut Anastasia adalah dengan menentukan nuansa warna. Pilihlah warna netral agar keluarga atau tamu undangan tidak perlu beli atau menjahit baju baru.
Anastasia juga mengingatkan agar Anda dan pasangan bisa bercerita kepada keluarga serta tamu undangan tentang konsep zero waste wedding yang dipilih. Dengan begini setiap orang yang hadir di resepsi pernikahan bisa menikmati intimate wedding yang digelar sambil membagikan kesadaran akan pentingnya merawat bumi. "Bisa jadi momen edukasi juga sehingga orang akan semakin menyadari bahwa konsep zero waste wedding sangat possible untuk dilakukan," pungkas Anastasia.