Photography: Sukkha Citta
Pandemi Covid-19 ternyata menjadi momen bagi banyak orang untuk mulai peduli pada isu lingkungan hidup. Pembatasan sosial yang dilakukan sebagai upaya memutus mata rantai penularan penyakit infeksius ini, ternyata berdampak positif terhadap kualitas udara dan air secara global. Bahkan topik pembicaraan mengenai merawat tanaman sebagai cara mendistraksi kejenuhan selama pembatasan sosial, menjadi aksi sederhana yang mendatangkan kepedulian untuk menjaga bumi.
Dan kepedulian menjaga lingkungan ini pun kemudian mulai masuk ke dalam perhelatan pernikahan. Jika di awal-awal pandemi, pembatasan skala pernikahan yang diperkecil membuat banyak calon pengantin tidak enak hati karena tidak bisa mengundang banyak kerabat serta sahabat. Namun sekarang, skala pernikahan yang intimate menjadi cara paling pas untuk merayakan ikatan cinta. Tak hanya itu, belakangan calon pengantin bahkan lebih konkrit lagi dalam mewujudkan hari pernikahan yang tidak menghasilkan banyak limbah yang dapat membebani bumi. Maka lahirlah konsep pernikahan less waste wedding.
Balutan keindahan pada wedding attire ramah lingkungan.
"Untuk konsep less waste wedding sendiri, sudah kita kerjakan sejak 2019. Kami menerima permintaan dari calon pengantin yang ingin membuat wedding dress atau jas yang sejalan dengan tema pernikahan impian mereka, yaitu less waste wedding." Demikian Anastasia A. Setiabudi, Chief Operating Officer Sukkha Citta, membuka ceritanya kepada Bridestory.
Sukkha Citta sendiri, sambung Anastasia, sudah punya standar dalam menghasilkan karya-karyanya. "Bisa dibilang circularity policy kita step above of zero waste, karena mulai dari produksi, pewarnaan, sampai pembuatan baju sangat kita pikirkan bagaimana agar minim sampah dan tidak mencemari bumi."
Bagaimana caranya membuat pakaian yang minim sampah? "Pakaian yang kita produksi dan menggunakan material alami dan pewarna pakaiannya pun alami. Sehingga ketika pakaian ini mencapai batas akhir pemakaiannya, bisa terurai secara aman serta sempurna," jawab Anastasia antusias. Adapun material untuk kain yang digunakan adalah 100% katun, sedangkan untuk Tencel dan Silk Sukkha Citta menggunakan Lenzing AG yang terbuat dari serat Eucalyptus. Proses tenunnya pun masih menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM).
Tak hanya dari sisi materialnya yang ramah lingkungan, dalam proses pembuatannya Sukkha Citta menjadi jembatan antara pengrajin wastra dengan para pecinta wastra Indonesia. Karena sebelumnya, para pengrajin wastra ini dibatasi oleh makelar yang berlapis-lapis. "Kami memberikan semacam scholarship kepada ibu-ibu pengrajin dan penjahit untuk belajar craft, mulai dari membatik, menenun, sulam, sampai mewarnai kain dengan pewarna alam."
Kekuatan cerita tentang para ibu-ibu pengrajin inilah yang kemudian menjadi salah satu alasan para calon pengantin memberi kepercayaan kepada Sukkha Citta untuk mendesain gaun atau jas pernikahan mereka. "Mereka menemukan adanya keselarasan visi terhadap konsep less waste yang mau mereka wujudkan," imbuh Anastasia.
Kekuatan cerita di balik wastra karya Sukkha Citta ini kemudian diaplikasikan pada wedding attire yang begitu kuat membungkus keanggunan pada cutting yang simpel. Anastasia juga menambahkan, Sukkha Citta tidak menggunakan payet untuk memberikan kesan wow selayaknya wedding attire. "Karena material payet itu plastik dan pada akhirnya payet ini akan menjadi limbah mikroplastik yang sangat berbahaya untuk laut kita."
Tapi tak perlu kuatir, karena Anastasia menyebutkan ada trik khusus yang disiapkan Sukkha Citta untuk itu. "Biasanya kita akan merekomendasikan membuat dekorasi berupa surface imbalance dari kainnya sendiri atau biasa juga dengan tambahan embroidery. Hasilnya tetap sama cantiknya dengan yang berpayet," jelas Anastasia antusias.
Tak hanya wedding attire, Sukkha Citta antusias mewujudkan less waste wedding impianmu.
Bahkan sekarang para klien tidak hanya meminta Sukkha Citta mewujudkan wedding attire untuk mereka tapi juga meminta rekomendasi agar konsep less waste wedding bisa terwujud secara konsisten.
Anastasia bercerita, tidak jarang calon pengantin kemudian meminta Sukkha Citta juga menyediakan suvenir atau undangan pernikahan. Pilihan suvenir yang biasa dikreasikan Sukkha Citta adalah gelang atau aksesori yang dibuat dari sisa-sisa benang yang tidak terpakai. Sedangkan untuk undangan, saat ini Sukkha Citta mulai membuat kertas daur ulang dari sisa-sisa kain yang dicampur dengan serbuk kayu.
Untuk makanan, tempat dan dekorasi pernikahan, Sukkha Citta bersedia merekomendasikan vendor yang sejalan dengan misi mereka dalam menjaga lingkungan secara berkelanjutan. "Artinya less waste wedding ini sangat bisa untuk diwujudkan," ucap Anastasia antusias seraya berharap dengan semakin seringnya perhelatan less waste wedding atau pernikahan minim sampah diwujudkan bisa menjadi momen mengedukasi masyarakat untuk melakukan aksi konkret dalam melindungi bumi.