Pernikahan adalah ikatan komitmen antara dua insan yang saling mencintai untuk hidup bersama hingga maut memisahkan. Artinya pasangan yang sudah menikah idealnya memang lebih mendahulukan kepentingan keduanya ketimbang yang lainnya. Hanya saja pada budaya Indonesia, kehidupan pernikahan tidak hanya tentang Anda dan pasangan, tapi seringkali juga tentang Anda, pasangan, dan orang tua.
Mendahulukan Pasangan Bisa Menjadi Blue Print Menuju Pernikahan yang Harmonis
Lalu sebenarnya setelah menikah, siapakah yang harusnya lebih didahulukan, orang tua atau pasangan? Jika pertanyaan ini diajukan kepada konselor pernikahan atau psikolog keluarga maka sebagian besar akan menjawab pasangan. Salah satu pakar yang sepakat dengan jawaban ini adalah John Duffy, Ph.D., psikolog dan juga penulis buku The Available Parent. Bahkan menurutnya, mereka yang mendahulukan pasangan maka keintiman hubungannya akan selalu harmonis.
Duffy bahkan menekankan, jika kesadaran untuk mendahulukan pasangan sudah disadari sejak awal pernikahan maka bisa menjadi blue print atau pondasi dasar menciptakan pernikahan yang bertahan lama. "Ketika Anda memutuskan untuk menikah dengan pasangan, maka kalian membangun kehidupan bersama. Keputusan ini menghasilkan konsekuensi bahwa siapa saja yang memiliki hubungan darah adalah 'pemeran pembantu' maka harus berjarak. Terutama ketika Anda dan pasangan memutuskan hal-hal penting yang menyangkut keberlangsungan rumah tangga, ini adalah teritori kalian."
Ketika Anda dan pasangan saling memprioritaskan, maka secara tidak langsung menjadi deklarasi bahwa ikatan pernikahan yang tengah dibangun merupakan hubungan yang solid. Seringkali pada pasangan yang tidak saling memprioritaskan akan menceritakan kejelekan pasangannya kepada orang tua. Tentu orang tua yang mendengar ini akan berpikir bahwa orang yang dinikahi anaknya bukanlah orang yang tepat. Inilah yang kemudian mendorong orang tua untuk ikut campur ketika menantunya melakukan kesalahan kepada anaknya. Tapi ketika Anda dan pasangan saling memprioritaskan maka keluarga, terutama orang tua akan melihat betapa pentingnya pernikahan bagi kalian berdua.
Selain itu dengan saling mendahulukan maka Anda dan pasangan akan saling berusaha memenuhi kebutuhan satu dengan yang lainnya. Ini disebut Duffy secara alamiah akan terjalin hubungan yang lebih dalam dan matang. Bonusnya terciptalah hubungan yang penuh interaksi keintiman yang saling menghargai. "Ketika Anda merasa menjadi yang nomor satu, maka dengan sangat tulus dorongan untuk mencintai pun muncul. Maka Anda akan berusaha untuk membahagiakan pasangan."
Hubungan yang solid dan penuh keintiman yang hangat, tentu menjadi pondasi yang kuat untuk menghadapi berbagai tantangan dalam pernikahan. Karena Anda dan pasangan sudah "terlatih" untuk saling mendahulukan kebahagiaan rumah tangga.
Mendahulukan Pasangan Bukan Berarti Mengabaikan Orang tua
Dengan membaca berbagai dampak positif ketika mendahulukan pasangan, apakah ini berarti mengabaikan orang tua? Tentu saja tidak. Menurut Duffy yang perlu dilakukan setelah Anda menikah adalah menentukan batasan atau boundaries dengan orang tua. Ini akan meminimalisir intervensi banyak pihak dalam rumah tangga. Bonusnya peluang konflik antar mertua dan menantu bisa sangat dihindari. "Berdasarkan pengalaman lebih dari 20 tahun memberi konseling kepada pasangan yang sudah menikah, saya bisa dengan percaya diri mengatakan bahwa mendahulukan pasangan adalah langkah yang selalu tepat dilakukan," tegas Duffy. Jadi Anda tetap bisa dekat dan memperhatikan orang tua tanpa perlu mempertaruhkan keharmonisan rumah tangga.