Sebagai pasangan yang baru sah menjadi suami-istri, pertengkaran-pertengkaran sering kali tak terhindari. Jangan langsung merasa kalau Anda dan pasangan ternyata tidak "jodoh" jika menghadapi ini di awal pernikahan. Karena untuk menyatukan dua orang dengan karakteristik yang berbeda, mulai dari latar belakang, pengalaman hidup hingga sifat, perlu proses belajar satu dengan yang lain.
Menurut Psikolog Anak, Remaja dan Keluarga Irma Gustiana, M.Psi., tahap awal pernikahan sangat wajar jika diwarnai dengan pertengkaran. Perlu penyesuaian diri atau adaptasi untuk belajar memahami kondisi masing-masing. "Apalagi kemampuan komunikasi belum terampil, biasanya muncul karena ego masing-masing." Adapun yang dimaksud dengan ego menurut Irma adalah merasa paling benar, paling tahu, tidak ingin disalahkan. "Maka muncullah konflik karena tidak mau menerima pendapat, kritik, serta masukan dari pasangannya," imbuh Irma yang juga pendiri Klinik Ruang Tumbuh ini.
Konflik atau pertengkaran pertama sebagai suami-istri pun penyebabnya bisa beragam, mulai dari hal yang sepele sampai yang berat. Irma menyebutkan pola komunikasi hingga isu finansial adalah sumber masalah yang kerap muncul di awal tahun pernikahan. Hal ini pun diamini oleh Anita Chlipala Relationship Expert. Chlipala pun kemudian memberikan contoh. "Misalnya saja ketika suami membeli barang dengan harga mahal tapi tidak terlebih dahulu memberitahu istrinya."
Bisa jadi hal tersebut tidak menjadi masalah bagi suami karena dalam persepsinya ia dan istrinya memiliki kebebasan dalam menggunakan uang masing-masing. "Katakanlah keduanya sama-sama bekerja, suami menerapkan kebebasan penggunaan uang dari hasil kerja. Ia merasa tidak perlu tahu bagaimana istri menggunakan uang dari hasil kerjanya dan begitupun sebaliknya," terang Chlipala.
Tapi persepsi yang sama tidak diamini oleh istri. Karena bagi istri, untuk pengeluaran yang besar perlu dilakukan kesepakatan bersama. "Mengapa bagi istri perlu kesepakatan bersama? Karena ia merasa dilibatkan dan dihargai ketika memberikan pendapat."
Lantas apa yang sebaiknya dilakukan jika Anda dan pasangan mengalami pertengkaran pertama sebagai suami-istri? Bagaimanakah menemukan titik temunya agar tahap awal adaptasi ini menjadi pondasi ideal untuk menghadapi segala tantangan pernikahan selanjutnya? Berikut yang Anda dan pasangan harus lakukan:
1. Jangan Menaikkan Tensi Pertengkaran
Menjalani pernikahan akan selalu dipenuhi dengan tensi dan konflik. Yang wajib diingat sebagai suami-istri ketika menghadapi tensi dan konflik adalah selalu beri ruang untuk saling memahami. "Make room for two," ucap Relationship Expert Hilary Silver. Apa maksudnya?
"Alih-alih berusaha membujuk satu sama lain agar setuju, lebih baik saling memvalidasi," jawab Silver. Ini bisa dilakukan dengan sama-sama mendengar dan memahami perbedaan yang dimiliki. Perbedaan bukanlah ancaman dalam hubungan. "Malah sebaliknya, perbedaan justru bisa membuat hal-hal menarik untuk jangka panjang. Maka penting untuk saling terbuka terhadap pengalaman satu sama lain. Dengan beginilah keintiman tercipta," tegas Silver.
2. Bicarakan Sumber Pertengkaran dengan Intensi Memperbaiki Bukan Menyalahkan
Ketika Anda ingin menyampaikan topik percakapan yang sensitif, bicarakanlah dengan tenang. "Jangan menyalahkan, menyerang atau mengkritik secara frontal. Sampaikanlah kegundahan Anda dengan intensi yang positif," Chlipala mengingatkan. Tips yang sama juga disampaikan Silver. Menurutnya dengan intonasi bicara yang positif maka pasangan juga akan melihat sumber pertengkaran secara netral. "Contohnya bisa seperti ini, 'Aku paham kalau kamu sangat concern dengan isu XYZ. Aku juga mengerti mengapa kamu berpikir seperti itu, tapi aku juga ingin kamu mengerti mengapa aku keberatan akan hal itu. Yuk cari jalan tengahnya biar aku dan kamu bisa sama-sama enak."
3. Ketika Belum Berhasil Menemukan Titik Temu.
Akan ada masanya di mana Anda dan pasangan tidak bisa menemukan titik temu. Lalu jika situasi ini yang terjadi, bagaimana menghadapinya? Menurut Irma yang paling penting adalah dua-duanya terbuka dan mau mendengarkan. Ini tentu bisa dilakukan jika Anda dan pasangan duduk bersama dengan kepala dingin dan hati yang hangat untuk memetakan sebetulnya tujuan pernikahan mau dibawa ke mana. "Kalaupun nanti ada hal-hal yang tidak disepakati, maka kita sama-sama sepakat untuk tidak sepakat. Tapi diantara keduanya tidak boleh saling intervensi. Ini juga harus disepakati."
Hal senada juga disampaikan Silver. Bahkan ia memberikan 'amunisi' ketika Anda dan pasangan tidak berhasil menemukan kesepakatan. "Cobalah untuk saling menanyakan hal-hal berikut ini!"
- Seberapa pentingkah hal ini dari skala 1 sampai 10?
- Apakah arti topik ini untuk saya, dan apa artinya untuk pasangan?
- Apa yang akan terjadi jika hal ini tidak berjalan sesuai keinginan saya?
- Apa yang akan terjadi jika saya mendapatkan apa yang saya inginkan, tapi pasangan saya tidak?
- Perspektif lain apa yang bisa saya lihat dari situasi ini? Apakah ada informasi atau situasi baru yang sebaiknya saya pertimbangkan karena situasinya tidak mandeg?
- Apakah kompromi dimungkinkan? Apabila salah satu atau keduanya "mengalah" bagaimana ini bisa "dicatat" pada situasi ke depannya?