Disha memutuskan untuk mengusung tema modern tradisional karena ia tidak ingin menghilangkan unsur warisan Indonesia dalam penyelenggaraan pernikahan yang modern. Mempelai perempuan ini mencoba menginkorporasikan adat Sunda tradisional dengan menggunakan batik Sunda, ukiran-ukiran tradisional, serta beberapa lukisan-lukisan vintage bertema Indonesia di dekorasi perayaan pernikahannya. "Paman dan saya menambahkan lukisan Indie Mooi tentang Gunung Salak oleh Mieleng (C. 1865) ke dalam semua desain untuk memberikan sentuhan vintage Indonesia-Eropa. Dia sengaja memilih lukisan yang tepat ini karena gunung itu terletak di Jawa Barat dan mengingatkan kita pada tanaman hijau di Bandung," cerita Disha. Sementara itu, unsur modern dari tema ini berasal dari aransemen bunga-bunga serta warna-warna putih, krem, dan hijau dengan aplikasi yang desaturated.
"Tantangan yang harus saya hadapi adalah berusaha menjelaskan konsep yang saya inginkan kepada vendor dekorasi, yaitu Cafeduchocolate (CDC). Portfolio mereka semuanya sangat modern, jadi saya harus spesifik dalam menjelaskan detail-detail yang saya inginkan di dekorasi pernikahan saya. Namun, ternyata mereka bisa mewujudkan semua detail yang saya inginkan!" tutur Disha dengan senang. Ia juga mengungkapkan bahwa sangat sulit untuk memastikan kesempurnaan semua detail dan memastikan segala hal berjalan sesuai rencana pada Hari H. "Kami mengadakan pernikahan outdoor dan ternyata satu hari sebelum pernikahan, tenda kami bocor sedikit karena hujan. Kemudian, ada televisi yang harusnya menampilkan video prewedding kami yang tidak dapat menyala. Namun, saya harus melepaskan sifat perfeksionis saya dan melepaskan hal-hal seperti itu," ungkap Disha.
Meskipun merasa gugup mengenai semua detail-detail pernikahannya pada masa perencanaan, Disha merasa gembira luar biasa ketika hari bahagianya tiba. Ia selalu senang dari awal dimulainya hari itu hingga acara selesai karena ia memiliki semua orang yang ia cintai berkumpul untuk merayakan persatuan cintanya dengan Dhika. "Salah satu hal yang saya senangi adalah pakaian yang saya kenakan. Saya mengenakan kebaya tradisional Sunda yang memiliki konsep seperti awan. Sulit juga menjelaskan konsep ini, tapi itulah yang saya utarakan kepada desainer Eddy Betty, yaitu saya menginginkan kebaya yang membuat saya merasa seperti melayang. Ia pun membuat bunga-bunga tiga dimensi untuk diaplikasikan ke kebaya saya, dan hasil akhirnya sempurna sekali," ungkap Disha.
Selain kebaya resepsinya, Disha juga berterimakasih kepada PRIDE Organizer yang telah membuat alur hari pernikahannya terasa ringan dan meriah. "Highlight dari hari pernikahan saya adalah bagian grand entrance. Pintu masuknya begitu indah, kami merasa seperti sedang di dalam mimpi. Kami disambut dengan tarian tradisional yang tidak kalah indahnya, mereka bahkan menyelaraskan seragam mereka dengan tema dekorasi kami," kenangnya. Dekorasi pada hari itu pun sesuai dengan bayangannya, tentunya karena tim berbakat dari Cafeduchocolate dan paman Disha yang turut berkontribusi.
Dua sejoli memang tidak pernah kehabisan ide artisitik bahkan sejak mereka menyusun album prewedding. Simak pesona foto-foto pra-pernikahan Disha dan Dhika yang erat dengan atmosfer 90-an di tautan ini.
