Add To Board
Photography: Owlsome Projects
Paes adalah riasan pengantin wanita yang berbentuk lekukan pada bagian dahi hingga ujung rambut. Material paes terbuat dari pidih atau campuran malam (sejenis lilin berwarna hitam) yang sifatnya tidak meleleh dan tidak kering. Pidih inilah yang nantinya digunakan sebagai warna dasar paes. Paes biasa ditemukan pada konsep pernikahan tradisional di berbagai daerah. Sama halnya dengan busana, setiap paes dari daerah tertentu memiliki bentuk dan karakteristik yang berbeda-beda. Lebih jelasnya, intip ulasan tentang ketujuh ragam paes pengantin Nusantara di bawah ini.
- Paes Solo Basahan
Akreditasi: Putra Sekardalu
Paes Solo Basahan mempunyai karakteristik yang cukup unik dari segi warna dasar di dalam ukirannya. Alih-alih berwarna hitam seperti jenis paes lainnya, Solo Basahan justru begitu menonjol dengan rona hijau kegelapan. Bentuk paes yang satu ini tersusun atas empat bagian, yaitu gajahan, pengapit, penitis, dan godheg. Gajahan adalah lengkungan yang berada tepat di bagian tengah dahi, sementara pengapit merupakan runcingan yang terlukis pada sisi kiri dan kanan dari gajahan. Selanjutnya, terdapat penitis dengan lengkungan yang lebih kecil di area kanan dan kiri, diikuti dengan godheg yang memiliki lengkungan layaknya kuncup bunga di bagian pelipis.
- Paes Solo Puteri
Akreditasi: Member Photography
Paes Solo Puteri mempunyai bentuk yang serupa dengan Solo Basahan, namun warna dasarnya didominasi oleh hitam pekat tanpa elemen tambahan berupa prada atau serbuk keemasan di tepi paes. Jenis paes ini dibentuk dengan cara penggambaran pola terlebih dahulu, yang kemudian diikuti aplikasi pidih menggunakan sebuah alat yang disebut welat. Pidih tersebut nantinya akan mengisi warna dasar pada keseluruhan paes. Pola dari paes Solo Puteri juga terdiri dari gajahan, pengapit, penitis, dan godheg.
- Yogya Paes Ageng
Akreditasi: Member Photography
Ada sejumlah keunikan yang cukup mencolok dari Yogya Paes Ageng. Salah satu variasi paes yang begitu populer ini identik dengan bentuk alisnya yang menyerupai tanduk rusa atau menjangan ranggah dalam Bahasa Jawa. Arti dari alis tersebut merupakan pengharapan agar pengantin bisa lebih cerdas dan bijaksana—layaknya seekor rusa—dalam menghadapi persoalan rumah tangga. Setiap lengkungan dari Paes Ageng juga dibuat lebih runcing jika dibandingkan dengan jenis paes lainnya. Terdapat pula aksen payet berupa garis keemasan atau prada di sepanjang tepi paes.
- Yogya Paes Puteri
Akreditasi: Oping WO
Meski memiliki bentuk yang serupa dengan Paes Ageng, namun Yogya Paes Puteri tampil dengan lebih sederhana tanpa hiasan tambahan dari ornamen emas. Perbedaan paling menonjol terletak pada cithak berbentuk belah ketupat yang dibubuhkan pada bagian dahi di antara alis mempelai wanita.
- Paes Dadasa
Akreditasi: Widahayana Paes
Paes Dadasa merupakan ciri khas dari pengantin suku Bugis dan Makassar. Bentuk paes yang satu ini menyerupai siluet bunga teratai yang dipercaya sebagai tumbuhan suci oleh masyarakat Sulawesi Selatan.
- Paes Tretep
Akreditasi: Adi Rustana
Tata rias dahi yang berasal dari daerah Madura disebut dengan paes Tretep atau Kacok. Bila dilihat sekilas, paes yang satu ini memang mempunyai kemiripan dengan paes Dadasa. Perbedaannya terletak pada jumlah lengkungan yang jauh lebih banyak. Khusus pakem riasan pengantin Sumenep Legha, mempelai pria juga akan diberi paes pada bagian dahi.
- Paes Gigi Haruan
Akreditasi: Irwan Riady
Suku Banjar juga memiliki ciri khas yang luar biasa dari segi tata rias pengantinnya. Penggunaan paes hitam pekat pada tepi rambut yang membentuk gigi haruan atau gigi ikan gabus terasa begitu istimewa. Paes Gigi Haruan merupakan riasan kepala pengantin Banjar yang sebaiknya diikuti sebagaimana pakemnya. Meski begitu, tidak ada aturan khusus mengenai jumlah gigi yang harus dibuat, semuanya tergantung dari bagaimana ukuran dahi sang mempelai wanita.