Bagi Anda yang tahun ini tengah menjalani ibadah puasa bersama pertama kali sebagai pasangan suami-istri, Bridestory mengucapkan selamat! Pasti Ramadan kali ini terasa spesial dan campur aduk. Spesial, karena akhirnya bisa menjalankan rukun Islam ketiga ini secara resmi bersama suami atau istri. Dan rasanya juga campur aduk, karena juga berarti kebersamaan Ramadan dengan keluarga menjadi berkurang.
Perasaan campur aduk ini juga akan terus terasa sampai Idul Fitri atau lebaran. Bahkan bagi pasangan suami istri atau pasutri baru, topik mudik lebaran pertama bisa jadi menimbulkan perdebatan antara mudik ke rumah mertua atau orangtua? Baik Anda dan pasangan saat ini sedang sama-sama beradaptasi. Menyesuaikan kebiasaan dengan status yang baru disandang. Jadi sangat wajar kalau ada sedikit dorongan untuk "memaksakan" mudik pertama sebagai pasutri di rumah orangtua.
Jika bicara soal topik memilih mertua atau orangtua, setiap pasutri pasti menekankan pada konsep harus sama-sama adil. Lalu bagaimanakah mendefinisikan adil pada mertua dan orangtua untuk masalah lebaran pertama sebagai pasutri? Yuk tenangkan diri dan tekan ego, karena Bridestory sudah siapkan strategi mengambil keputusan yang tepat untuk topik penting ini :
- Lebih baik didiskusikan segera dengan kondisi yang tenang.
Minggu ini adalah waktu terbaik untuk meluangkan waktu khusus, mendiskusikan tentang mudik ke mana lebaran nanti. Apalagi jika salah satu orangtua berdomisili di luar kota, tentu perlu waktu yang tepat untuk membeli tiket mudik nanti. Kata kunci pertamanya adalah diskusikanlah topik sensitif ini dengan hati tenang dan kepala dingin. Apabila nanti diputuskan berlebaran di rumah mertua, bukan berarti orangtua Anda tidak dihargai. Ini adalah keputusan hasil dari kesepakatan bersama. Jika tahun ini diputuskan bahwa berlebaran di rumah mertua, maka agar lebih adil pada saat Idul Adha sebaiknya Anda dan pasangan mudik ke rumah orangtua Anda. Dengan begitu orangtua dari kedua belah pihak sama-sama merasakan momen kehadiran Anda dan pasangan pada hari raya. - Jangan berjanji dulu kepada orangtua kalau Anda dan pasangan akan mudik tahun ini.
Jika Anda dan pasangan belum berdiskusi atau belum ada kesepakatan bersama tentang mudik ke tempat mertua atau orangtua, maka sebaiknya jangan berjanji kepada keluarga kalau Anda akan mudik tahun ini. Ini juga menjadi proses untuk belajar menghargai proses diskusi serta berkomitmen menjalani keputusan bersama. Memang apa dampaknya kalau langsung berjanji pada orangtua akan mudik lebaran padahal belum diskusi dengan pasangan? Pertama hal itu akan menyakiti perasaan pasangan. Sebagai suami atau istri, pasangan Anda merasa tidak dihargai karena tidak diminta pendapatnya. Kedua, hal ini berpotensi membuat orangtua sakit hati jika nantinya diputuskan mudik lebaran ke rumah mertua. Kedua kondisi ini sudah dapat dipastikan menimbulkan konflik, baik Anda dengan pasangan maupun orangtua dengan pasangan. Karena pembatalan mudik lebaran di rumah orangtua akan menimbulkan persepsi kalau pasangan Anda tidak menginginkan hal tersebut. - Jika pasangan adalah anak tunggal, lakukan strategi ini.
Lalu bagaimana jika pasangan Anda adalah anak tunggal? Apakah ini berarti keputusan saklek mudik lebaran hanya di rumah mertua? Lagi-lagi semuanya harus dibicarakan dengan terbuka dan objektif. Strategi yang bisa Anda dan pasangan pilih adalah dengan berpuasa 2-3 hari bersama dengan orangtua Anda di minggu terakhir Ramadan. Lalu pada hari Lebaran, Anda dan pasangan mudik ke rumah mertua. Lalu di tahun berikutnya, Anda dan pasangan berpuasa 2-3 hari bersama dengan mertua di minggu akhir Ramadan, baru pada hari Lebaran berada di rumah orangtua. - Tetap pertimbangkan kondisi mertua dan orangtua.
Dalam pernikahan kata 'kompromi' adalah salah satu kemampuan penting dalam menciptakan keharmonisan. Semangat yang sama juga penting untuk diterapkan pada situasi lebaran pertama sebagai pasutri ini. Jika sudah disepakati lebaran pertama mudik ke rumah mertua, tapi ternyata orangtua Anda sakit maka prioritaskan untuk menemui orangtua yang sedang sakit. Ini adalah kompromi yang didasarkan pada kepedulian terhadap kondisi mertua dan orangtua. Intinya Anda dan pasangan sangat bisa menjadi fleksibel dalam mengambil keputusan, dengan mengedepankan skala prioritas.