Jika bicara tentang selebrasi ikatan cinta, maka bagi Adelaide Chintara dan Eric Luwia semuanya adalah tentang kebersamaan yang personal. Ini mengapa intimate destination wedding menjadi cara keduanya untuk berbagi cerita tentang cinta yang hangat dan meneduhkan jiwa. Dan Amanjiwo adalah kanvas yang tepat untuk mengekspresikan semuanya: Ketenangan, kemegahan, dan keindahan yang alami.
"Saat bercerita tentang konsep pernikahan kepada Alex dan Ibu Dina, kami menginginkan sesuatu yang memancarkan kepribadian kami berdua. Kami menginginkan sesuatu yang lembut, alami tapi juga elegan dalam balutan warna putih," ucap Adelaide ketika membuka cerita kepada Bridestory.
Keduanya secara konsisten mentransformasikan pernikahan impian itu mulai dari pemilihan tempat, stationeries, hingga dekorasi. Adelaide yang merupakan founder dan Creative Director Urban Quarter ini bahkan sampai membawa furnitur sendiri ke Amanjiwo. "Kami menginginkan dekorasi yang benar-benar serasi dengan setting," jelas Adelaide antusias. Apalagi sebagian besar furnitur yang dikurasi Urban Quarter merupakan outdoor furniture yang tentu serasi dengan tekstur relief pada dinding candi dengan citarasa seni yang tinggi. "Kami membawa furnitur dengan material kayu solid dari kayu jati dan rotan."
Ukiran relief Amanjiwo yang mewah berpadu dengan taburan bunga gypsophilum yang dibuat seolah melayang. Bunga dengan bulir-bulir putih menyerupai kapas ini menampilkan unsur dreamy dan ethereal. Kombinasi inilah yang seolah bercerita tentang konsep cinta itu sendiri, sebuah perasaan tentang kelembutan dan kehangatan yang mendatangkan ketenangan jiwa. Ekspresi ini kemudian dibagikan Adelaide dan Eric secara personal kepada keluarga serta sahabat terdekat.
Tapi mewujudkan pernikahan impian ini di tengah pandemi tentu mendatangkan tantangan tersendiri. Adelaide bercerita, ia dan Eric sempat menundanya beberapa kali karena pembatasan mobilisasi di tengah pandemi. Sampai pada akhirnya keduanya pun mantap untuk tidak lagi mengalah pada situasi. Persiapan secara intensif memakan waktu selama tiga minggu dan sebagian besar dilakukan secara virtual, termasuk untuk fitting baju.
"Kami sangat berterima kasih kepada Alex, Ibu Dina, seluruh staf, vendor, fotografer Stanley dan Ren, dan semua pihak yang terlibat. Mereka semua membuat perayaan pernikahan kami beyond our imagination," ucap Adelaide antusias. Sedikit berbagi tips dalam menyiapkan pernikahan dengan menyenangkan, khususnya di tengah pandemi, Adelaide dan Eric berprinsip untuk bekerjasama dengan orang-orang yang menenangkan. "Ketika sudah bertemu dengan orang yang nyaman, maka talents comes after. Dan kami sangat beruntung seluruh vendor yang terlibat baik secara talents maupun personalities adalah yang terbaik!"
Hasilnya, semua berjalan sempurna. Adelaide bahkan bercerita tidak banyak revisi yang dilakukan meski sebagian persiapan dilakukan secara virtual. "Karena kami percaya, hasil karya terbaik akan terwujud ketika mereka yang bertalenta diberi kebebasan untuk berkreativitas." Dan cerita Adelaide Chintara dengan Eric Luwia adalah memadukan cinta dengan kreativitas menjadi perayaan yang indah.
