Memiliki hubungan yang sehat dengan pasangan, belum maupun sudah menikah, merupakan impian semua orang. Adanya konflik adalah lumrah, namun bagaimana kita tahu bahwa konflik-konflik tersebut tidak akan berujung pada toxic relationship?
Kita mengenal toxic relationship sebagai hubungan yang menimbulkan rasa tidak nyaman kepada salah satu pihak maupun keduanya. Menurut Gilberta Permata Maharani, M. Psi., associate psychologist dari Ibunda.id, toxic relationship ditandai dengan tidak adanya lagi rasa bahagia dalam menjalani sebuah relasi. "Kedua belah pihak juga tidak berupaya untuk saling mendukung, dan pada saat muncul konflik, yang terjadi adalah cenderung merendahkan atau menyalahkan satu sama lain," jelas psikolog yang memiliki bidang spesialisasi klinis dewasa, termasuk isu pasangan, keluarga, dan pengembangan diri ini.
Bagaimana kita tahu apakah hubungan yang sedang dijalani dengan pasangan termasuk sehat atau menunjukkan ciri toxic relationship? Menurut Gilberta, berikut beberapa pertanda sebuah relasi bersifat toxic atau tidak sehat:
- Muncul rasa tidak nyaman secara berulang.
- Tidak terbuka dan cenderung melakukan tindakan tertentu untuk mendapatkan perhatian.
- Ketika menghadapi konflik, cenderung mencari-cari siapa yang benar dan siapa yang salah, dibandingkan mencari solusinya.
- Adanya pemaksaan kehendak tanpa membuat kesepakatan sebelumnya.
- Kecurigaan dan rasa cemburu yang berlebihan.
Gilberta mengakui jika tidak jarang seseorang tidak sadar bahwa mereka sedang menjalani toxic relationship dengan pasangan. Bahkan, ketidaksadaran ini menjadi salah satu ciri orang yang berada di toxic relationship. "Umumnya, mereka akan mengeluhkan emosi yang tidak terkendali atau rasa sedih yang berkelanjutan," ujar alumni Universitas Indonesia ini. "Langkah awal yang bisa dilakukan adalah dengan mengenali perasaan yang muncul. Kemudian, saya akan mencari tahu lebih lanjut, seperti apa penyebabnya, mengapa bisa terjadi, dan dalam situasi apa perasaan tersebut kerap muncul." Gilberta mengungkapkan bahwa seringkali klien yang berada dalam toxic relationship terlihat 'kehilangan arah", di mana hal ini bisa berarti bahwa mereka kurang terbuka terhadap pasangan.
Salah satu kunci agar relasi Anda dan pasangan tidak terjerumus ke dalam toxic relationship adalah komunikasi yang baik dan keterbukaan. "Selain dimulai dari diri sendiri, ajak pasangan juga untuk terbuka dan selalu berupaya untuk menemukan solusi," saran Gilberta. Selain itu, psikolog yang pernah menjadi dosen di Universitas Atma Jaya Makassar ini juga merekomendasikan hal-hal berikut ini agar hubungan percintaan tetap sehat dan langgeng:
- Terbuka dalam menyampaikan kondisi yang diharapkan (ekspektasi).
- Berani berkata "tidak" ketika pasangan meminta suatu hal yang menurut Anda kurang sesuai.
- Menyepakati pola komunikasi, yaitu kapan dan melalui media apa ketika sedang tidak bertemu.
- Tidak berhenti untuk mengembangkan diri dan memegang nilai-nilai yang Anda anggap benar. Berada dalam suatu hubungan bukan berarti Anda harus "kehilangan" jati diri.
- Saling menghargai, mendukung, dan percaya.
Gilberta menekankan bahwa usaha harus dilakukan dari kedua belah pihak karena hubungan tidak akan bisa bertahan jika hanya satu orang saja yang berupaya. Oleh karena itu, jangan sungkan untuk meminta bantuan profesional, yaitu psikolog, sebelum permasalahan menjadi terlalu pelik. Saran Gilberta, tidak ada masalah yang terlalu ringan untuk 'dibawa' ke psikolog karena jika memang Anda mulai merasa ada ketidaknyamanan dalam hubungan percintaan maupun rumah tangga, tidak ada salahnya mencari bantuan profesional.
Untuk bantuan profesional psikologi terpercaya, cek situs dan Instagram Ibunda.id. Platform pendukung kesehatan mental ini menyediakan konseling melalui video call dan WhatsApp sehingga Anda tetap merasa aman dan nyaman di masa PSBB seperti sekarang ini. Anda pun bisa memilih sendiri profil psikolog yang dirasa cocok untuk kebutuhan Anda.