Setelah menikah, memiliki anak dan menjadi orang tua merupakan komitmen selanjutnya bagi pasangan suami-istri. Tak main-main, menambah anggota keluarga baru juga merupakan sebuah keputusan yang akan memengaruhi hidup Anda selamanya. Untuk itulah, sebaiknya Anda dan pasangan harus benar-benar siap dan sama-sama sepakat soal hal ini. Namun, bagaimana jika Anda atau suami merasa belum atau bahkan tidak ingin menjadi orang tua? Berikut cara untuk mendiskusikan, mempertimbangkan, dan membuat keputusan seputar topik penting ini.
1. Bicarakan secara terbuka
Meski Anda dan pasangan belum menikah, sekarang justru merupakan saat yang tepat untuk membahas topik ini. Berdiskusilah soal keinginan (atau ketidakinginan) Anda berdua soal memiliki anak, bicarakan dengan jujur dan terbuka pula soal alasan di balik keputusan Anda untuk menunda memiliki momongan setelah menikah. Dengan demikian, Anda berdua sudah tahu ekspektasi masing-masing dan dapat mencari jalan tengah yang dapat saling memuaskan kedua belah pihak.
2. Coba dengarkan
Jika Anda ingin segera menimang bayi, sedangkan si dia memiliki keinginan yang berbeda, atau sebaliknya, bukan tak mungkin ini dapat menjadi persoalan yang menimbulkan keretakkan pada rumah tangga dan hubungan Anda. Namun, cobalah untuk mendengarkan satu sama lain sebelum memaksakan kehendak. Bisa jadi, suami atau istri Anda memiliki trauma masa lalu atau masalah keluarga tertentu yang membuatnya enggan menjadi orang tua. Akan lebih mudah untuk Anda memahami pemikirannya jika Anda menjadi pendengar yang baik, Anda berdua pun dapat kemudian mencari solusi terbaik untuk masalah ini.
3. Minta pendapat profesional
Jika akar masalah ini terletak pada kondisi medis atau psikis, tak ada salahnya meminta bantuan seorang ahli atau profesional yang juga akan bersikap netral terhadap Anda dan pasangan, seperti dokter, konselor, atau psikolog. Dengan demikian, mereka dapat membantu Anda untuk mengatasi masalah tersebut tanpa memihak salah satu dari Anda.
4. Acuhkan tekanan eksternal
Jangan membuat keputusan untuk memiliki anak berdasarkan tekanan dari luar, baik orang tua, mertua, atau teman dan kerabat lain. Hanya Anda dan pasanganlah yang berhak memutuskan langkah besar ini. Jangan biarkan pula tekanan dari orang lain membuat Anda merasa stres, sebisa mungkin berikan pengertian pada mereka bahwa Anda dan pasangan akan memutuskan yang terbaik untuk pernikahan kalian.
5. Jangan menginginkan anak karena alasan yang salah
Adakah alasan yang salah untuk memiliki anak? Tentu saja. Selain tekanan dari orang lain seperti poin sebelumnya, janganlah memutuskan untuk memiliki anak karena Anda merasa umur sudah semakin tua, karena teman Anda yang lain juga sudah memiliki anak, atau sebagai alasan untuk memperbaiki hubungan dengan pasangan. Selain tidak adil untuk anak Anda kelak, alasan-alasan tersebut juga membuat Anda tidak memiliki kekuatan mental dan fisik untuk menjadi orang tua yang baik dan siap menghadapi tantangan dalam membesarkan seorang bayi.
6. Bangun landasan yang solid
Saat salah satu dari Anda merasa belum siap memiliki anak, sebaiknya fokuslah untuk membangun dasar yang solid untuk kehidupan yang baik bagi anak Anda terlebih dahulu. Caranya adalah dengan membina keharmonisan dan sinergi dalam hubungan pernikahan Anda. Hal ini dikarenakan dinamika rumah tangga Anda akan sangat berbeda, sebagai pasangan suami istri dan sebagai orang tua.
7. Jangan terlalu fokus pada masalah
Sesekali, alihkan fokus Anda pada hal lain selain topik anak dan bayi. Hal ini berguna untuk menghindari stres dan kebosanan dalam hubungan Anda. Cobalah untuk mendiskusikan tema lain, seperti liburan romantis atau hobi dan pekerjaan.
8. Temukan kesamaan
Dalam menghadapi perbedaan pendapat soal anak, pastikan juga Anda tetap berusaha menemukan kesamaan dengan pasangan, agar pernikahan dan hubungan Anda tetap kuat dan stabil. Terlalu fokus pada perbedaan dapat memicu keregangan dalam rumah tangga Anda, maka sebaiknya hadapi masalah ini dengan tetap kompak dan saling bekerja sama dalam menuju satu tujuan.
9. Jangan membuat keputusan sepihak
Ingatlah lagi bahwa memiliki anak merupakan sebuah keputusan yang harus disepakati bersama oleh suami dan istri. Meski salah satu dari Anda merasa keberatan atau berbeda pendapat, hindari membuat keputusan sepihak, seperti memakai alat kontrasepsi tanpa sepengetahuan pasangan atau menemui dokter kandungan sendiri. Bicarakan dan temukan solusinya bersama-sama sebagai sebuah tim.